‘Selain Kangen Mantan, Saya juga Kangen Sekolah,” Spanduk Pelajar Demo Tuntut Sekolah Tatap Muka di Luwu Utara Jadi Perhatian

1610
Ratusan pelajar SMA/SMK di Lutra demo tuntut sekolah tatap muka dibuka, Selasa (8/9/2020)-- foto ist/putri angraeni
ADVERTISEMENT

MASAMBA-Ratusan pelajar menengah atas dari berbagai SMA/SMK di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, berunjukrasa  di depan Kantor Bupati Luwu Utara, Selasa (8/9/20).

Aksi siswa SMA tersebut menuntut pemerintah daerah ,dalam hal ini Bupati Luwu Utara untuk secepatnya mengeluarkan izin belajar tatap muka di sekolah masing-masing bagi pelajar SMA.

ADVERTISEMENT

“Kalau SD dan SMP sudah mulai belajar tatap muka, kenapa SMA belum bisa,” teriak Feri selaku orator.

Aksi unjukrasa pelajar ini terbilang menarik dan jadi perhatian. Sebab, beberapa spanduk yang dibawa para pelajar itu terbilang unik kata-katanya. Seperti, “Selain Kangen Mantan, Saya juga Kangen Sekolah.”

ADVERTISEMENT

Ada juga spanduk bertuliskan kalimat lucu,”Cukup dunia percintaan digantung, kalau dunia pendidikan jangan. Stop tipu-tipu.”

Melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Utara yang diwakili Soeharto, menjelaskan kepada para demonstran, bahwa SD dan SMP berada dalam naungan Pemerintah Daerah sementara SMA adalah kewenangan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

“Gubernur Sulsel sudah mengeluarkan surat perpanjangan masa belajar di rumah, mulai tanggal 7 hingga 19 September 2020,” ungkap Soeharto

Pernyataan Dinas Pendidikan Luwu Utara yang diwakili Soeharto tersebut dibantah oleh Feri, orator Aksi.

“Surat yang dikeluarkan Gubernur itu sifatnya fleksibel, artinya bisa dikembalikan ke Pemda untuk melihat situasi dan kondisi daerahnya,” teriak Feri saat orasi.

Feri melanjutkan, jika dikembalikan kepada peraturan 4 menteri, bahwa sekolah yang zona hijau Covid-19, sudah dibolehkan untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka.

“Luwu Utara sudah zona hijau, tidak ada alasan lagi untuk melarang belajar tatap muka, kalau deklarasi dan pendaftaran bakal calon bupati yang mengumpulkan banyak massa dibolehkan, kenapa belajar di sekolah dilarang,” teriak Feri di hadapan perwakilan Dinas Pendidikan.

Kecewa tak ditemui Bupati, massa aksi kemudian membubarkan diri dan mengancam akan turun dengan jumlah massa yang lebih banyak lagi. (byu)

ADVERTISEMENT