PALOPO–Jumlah kasus terdampak virus korona atau covid-19 kembali meningkat. Khusus pasien positif bertambah sebanyak 30 kasus menjadi total 112 orang per
tanggal 6 April 2020 di Sulsel.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Muhammad Ichsan Mustari mengemukakan, kasus orang dalam pemantauan (ODP) yang kenaikannya cukup signifikan. Hal ini
menandakan bahwa pola penyeberan virus melalui local transmission semakin meluas.
“Jumlah ODP kita semakin bertanbah. Ini menandakan bagaimana dengan bertambahnya, tentu positif bahwa ODP juga bertambah, menandakan bahwa masih ada yang
memberikan gejala-gejala seperti Makassar sudah local transmission,” tutur Ichsan saat konferensi pers, semalam.
Data pantauan di portal Covid-19 per tanggal 6 April 2020 pukul 18.06 WITA, tercatat peningkatan ODP menjadi sebanyak 2.308. Padahal sehari sebelumnya 2.166
orang. Lalu PDP totalnya 282 orang, dengan rincian 250 masih dirawat, 21 sehat, dan 11 meninggal.
Sementara kasus positif di Sulsel disebutkan Ichsan bertambah 30 pasien. Tambahan ini tersebar di Makassar 15 orang, Sidrap 7, Gowa 2, Maros 3, lalu Pangkep,
Luwu dan Takalar masing-masing 1 orang. Dengan peningkatan ini, total pasien positif menjadi 112 orang, dengan rincian 82 dirawat, 21 sembuh, dan 9
meninggal.
“Saya bisa sampaikan dari tambahan 30 ini. Ada 15 Makassar dengan kontak histori local transmission. Jadi (pola penyebaran virus) tidak ada lagi imported transmission. Penyebaran sudah melalui dengan pasangan, kerabat, teman,” paparnya dilansir KORAN SERUYA dari Sindonews.com.
Kondisi ini dikatakan Ichsan patut diwaspadai masyarakat. Apalagi pola penyebarannya sudah masuk dalam lingkungan sosial yang lebih kecil. Kota Makassar
contohnya, salah satu wilayah di Sulsel yang memiliki kasus terbanyak yang warganya terdampak Covid-19.
“Jadi terkait tentang local transmission data kita menunjukkan infeksi sudah terjadi bagi pasangan dan istri. Itu salah satu indikator bahwa sebenarnya tetap
di rumah tidak cukup,” ujar Ichsan.
Kondisi ini bisa saja diperparah dengan munculnya kasus orang tanpa gejala (OTG). Dalam artian, orang yang tidak terdeteksi memiliki gejala Covid-19, namun
sebenarnya bisa saja menjadi carrier atau yang menularkan virus ke orang lain. Kasus OTG inipun dikatakan Ichsan terjadi di Sulsel. Khusus di Kota Palopo, per tanggal 6 April 2020, terpantau 1 orang.
“Kalau seperti di Makassar analisis kami, OTG pasti akan banyak seperti local transmission. Kenapa OTG banyak? Karena setiap orang punya perbedaan imunitas
dan ketahanan tubuh berbeda. Sehingga bisa saja ada orang punya virus, tapi tidak nampak sakit berat,” tutur dia.
Pasien terinfeksi Covid-19 umumnya menunjukkan gejala seperti batuk, sesak, hingga demam. Kondisi ini pula yang menyebabkan seseorang masuk dalam kategori
ODP. Namun beda halnya dengan status OTG. Meski sulit dideteksi karena tak ada gejapa signifikan, namun penularannya sedini mungkin bisa dicegah.
Di dalam rumah pun, kata Ichsan, antar keluarga harus disiplin menerapkan physical distancing. Jaga jarak minimal 1 meter antar orang lain. Termasuk
mengikuti imbauan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) agar membiasakan diri menggunakan masker, termasuk masker kain.
“Masker yang diimbau menggunakan kain pun tidak apa. Tujuannya, agar orang yang OTG yang kita tidak tahu siapa, tapi kita himbau semua orang pakai masker,
sehingga orang yang OTG pun juga misalnya droplet infection-nya seandainya dia batuk, tidak keluar kemana-mana, tapi melengket di masker,” tukas dia.
Ichsan berharap, phsyical distancing dan social distancing dimaksimalkan. Taat untuk tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Penyebaran virus ini harus
dimulai dari lingkungan keluarga. Dia menegaskan, tiap orang yang tidak patuh dengan imbauan itu, turut bertanggung jawab demgan peningkatan kasus terinfeksi
Covid-19.
“Kalaupun di dalan rumah, jaga jarak minimal 1 meter ke anak-anaknya atau orang tuanya. Ini perlu kami sampaikan juga terutama orang tua, ya. Kita harus jaga
orang tua kita. Karena sebagian besar, salah satu faktor resiko kematian virus itu karena usia lanjut. Kita tahu, usia lanjut itu mulai banyak faktor
penyakit dalam dirinya. Tentu kalau kena virus, memperberat kondisinya,” imbuhnya.
Sementara Ichsan kembali menambahkan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih menjadi kajian di Sulsel. Meski kasus terinfeksi Covid-19 bertambah,
namun penerapannya masih dipertimbangkan. Di Sulsel, di beberapa daerah masih menberlakukan karantina wilayah terbatas dengan pendekatan tingkat kelurahan
hingga RT/RW.
“Tidak menjadi penting sebenarnya mendorong cepat PSBB ini, tapi harus mendorong masyarakat untuk patuh dan disiplin (menerapkan social dan physical
distancing). Masyarakat tetap di rumah. Kalau melihat jumlah local transmission ini bisa disimpulkan bahwa masih ada masyarakat tidak patuh,” tegasnya.
Di tengah peningkatan kasus terinfeksi Covid-19, Sulsel turut mengalami peningkatan oasien sembuh. Sehari sebelumnya sempat dilaporkan sebanyak 19 dinyatakan
sembuh, namun akhirnya kembali bertambah menjadi 22 orang.
Di luar dari itu, lanjut dia, ada laporan jika akan ada pasien sembuh menyusul berikutnya. “Baru saja 15 menit lalu kami dapat konfirm, bahwa ada dua pasien
sembuh dari hasil laboratorium. Insya allah besok ada dua juga,” pungkasnya. (*/tari)