KORANSERUYA–Penyanyi campursari legendaris Didi Kempot meninggal dunia karena mengalami henti jantung (cardiac arrest) pada hari Selasa (5/5/2020) lalu. Pihak Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu di Solo menjelaskan Didi Kempot masuk instalasi gawat darurat (IGD) sudah dalam kondisi tidak sadar.
“Tiba di IGD pagi ini pukul 07.25, kondisi tidak sadar, henti jantung, henti nafas. Dilakukan tindakan resusitasi, namun pasien tidak tertolong. Dinyatakan meninggal oleh dokter pukul 07.45,” kata Asisten Manajer Humas Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Divan Fernandez, beberapa waktu lalu.
Henti jantung dijelaskan oleh ahli jantung dr Ivan Noersyid, SpJP, dari Primaya Hospital Bekasi Timur terjadi ketika ada gangguan pada kelistrikan jantung. Impuls-impuls listrik dibutuhkan oleh otot jantung untuk bisa berkontraksi dan berdetak dengan baik.
dr Ivan menjelaskan henti jantung bisa disebabkan karena serangan jantung, dehidrasi, dan beberapa kondisi medis lain. Saat terjadi biasanya tubuh mengalami beberapa tahapan dimulai dari kematian otot-otot jantung.
“Setiap empat menit, bagian-bagian otot jantung di dalam tubuh akan mengalami kematian. Semakin lama penanganan seseorang yang mengalami henti jantung, maka akan semakin banyak otot jantung yang mengalami kematian,” kata dr Ivan dalam siaran media yang dilansir detikcom dan ditulis Kamis (7/5/2020).
“Jika seseorang mengalami henti jantung namun tidak dilakukan tindakan medis lebih lanjut, maka orang tersebut dapat mengalami kematian,” lanjutnya.
Tindakan darurat resusitasi jantung paru (RJP) bisa diberikan untuk pasien yang mengalami henti jantung. Di fasilitas kesehatan biasanya tenaga medis akan memantau irama jantung dengan alat elektrokardiogram (EKG) dan pasien diberikan defibrilasi atau sering disebut juga setrum jantung.
Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung
Perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung dimulai dari definisi keduanya secara medis. Henti jantung atau cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi ini membuat jantung tidak dapat berdetak dengan normal dan memicu terjadinya aritmia.
Akibatnya, distribusi darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Pada kondisi yang parah, risiko kematian bisa sangat tinggi dan dapat terjadi dalam hitungan menit, karena organ-organ vital lainnya (seperti otak) tidak menerima pasokan darah yang cukup.
Sementara itu, serangan jantung atau heart attack merupakan kondisi fatal yang terjadi ketika jantung tidak menerima pasokan oksigen yang cukup dari aliran darah yang menuju jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah arteri, yang menyebabkan jantung kekurangan asupan darah yang kaya oksigen.
Berbeda dengan henti jantung, serangan jantung dapat terjadi dalam waktu yang lebih panjang, yaitu hitungan jam. Selama terjadinya serangan jantung, bagian jantung yang tidak menerima oksigen akan terus mengalami kerusakan berupa kematian otot jantung. Jika tidak segera mendapat penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan kematian. Namun berbeda dengan henti jantung, ketika mengalami serangan, jantung tidak berhenti berdetak.
Gejala
Dari segi gejala yang dialami, henti jantung dan serangan jantung juga memiliki perbedaan. Gejala henti jantung adalah:
Napas terputus atau tidak bernapas sama sekali.
Pupil mata masuk ke dalam tengkorak kepala.
Lemas secara tiba-tiba.
Tidak sadarkan diri.
Warna kulit menjadi pucat kebiruan.
Denyut nadi atau detak jantung tidak dapat ditemukan.
Sementara itu, serangan jantung dapat terjadi dalam durasi yang lebih panjang, dengan gejala-gejala yang kurang spesifik, seperti:
Sesak napas.
Sakit perut yang dapat disertai dengan mual dan muntah.
Merasa sangat lemas.
Keringat dingin.
Detak jantung tidak beraturan.
Pusing atau kepala terasa ringan.
Kontraksi otot di sekitar dada, leher, dan lengan.
Rasa nyeri pada perut atas (diafragma), dada, tangan, rahang atau di sekitar tulang belikat pada punggung bagian atas.
Baik henti jantung maupun serangan jantung merupakan kondisi gawat darurat. Segeralah ke rumah sakit jika mengalami berbagai gejala yang telah disebutkan tadi. Jangan sepelekan juga gangguan kesehatan lain yang mungkin terjadi, jika kamu merasa sakit atau mengalami gejala tertentu, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter, ya. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc.
Penyebab
Pada kebanyakan kasus, henti jantung terjadi karena adanya aritmia yang berasal dari bilik jantung, atau yang juga dikenal dengan nama fibrilasi ventrikel. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan kelistrikan otot jantung, yang membuat aliran darah ke seluruh tubuh dan jantung dapat terhenti.
Namun, aritmia yang terjadi juga bisa berasal dari serambi jantung sebelah kanan atau fibrilasi atrial. Kondisi ini menyebabkan gangguan sinyal untuk memompa darah pada otot bilik jantung yang berakibat pada terjadinya henti jantung.
Selain itu, risiko henti jantung juga lebih besar pada orang yang memiliki jantung yang tidak sempurna, akibat kelainan bawaan atau kerusakan serius, seperti pada pengidap jantung koroner. Kerusakan serius pada jantung juga bisa terjadi karena trauma mendadak, misalnya tersetrum, overdosis obat, aktivitas fisik terlalu berat, kehilangan banyak darah, penyumbatan saluran napas, tenggelam, kecelakaan, dan hipotermia.
Sementara itu, serangan jantung umumnya disebabkan oleh adanya penyumbatan arteri jantung secara progresif akibat penyakit kardiovaskuler. Penyumbatan ini dapat dipicu oleh tumpukan lemak darah atau kolesterol, yang kemudian meningkatkan tekanan darah yang menggerus dinding pembuluh darah, sehingga terjadi luka dan penumpukan darah beku dari inflamasi. Risiko serangan jantung dapat meningkat akibat gaya hidup tidak sehat, riwayat penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolik pada usia lanjut.
(*/iys)