Bincang Idulfitri, Selain Ngobrolin Penganan Wajib Khas Lebaran, Arsyad Kasmar Juga Kasih Bocoran Kenapa Ia Ngotot Mau Maju Lagi di Pilkada Luwu Utara

1764
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA—Tokoh yang satu ini memang sudah 43 tahun meninggalkan kampung halamannya di Baebunta, sebuah desa kecil di Kabupaten Luwu Utara. Tapi bagi H Arsyad Kasmar, di bulan suci Ramadan, jelang  hari raya Idulfitri, ia mengaku tidak terlalu “homesick” lantaran aneka kuliner khas tradisional saat lebaran, bisa ia dapatkan di Ibukota (Jakarta) dengan mudah.

Ketua DPC Gerindra Luwu Utara itu saat dihubungi koranseruya.com secara antusias mengatakan, di rumahnya di kawasan elit di bilangan Palem Kartika, Bambu Apus, Jakarta Timur, kawasan yang banyak dihuni elit politik dan Petinggi TNI itu, ia hampir setiap hari bisa menikmati masakan ala-ala kampung, karena sang istri tercintanya, Hj Tita Sofia Intani sudah terbiasa menyajikan makanan khas dari Luwu Utara meski sang istri berasal dari Palembang-Bandung. So, sweet sekali….

ADVERTISEMENT

“Kami di saat bulan puasa ini hampir tiap hari makan kapurung dan masakan-masakan kampung, istri saya sudah pintar masak masakan khas Luwu Utara,” ucap Arsyad Kasmar dengan nada riang, lewat sambungan telepon, Kamis (21/5).

Tahun ini, ia juga mengaku pasrah, karena pandemi Covid-19 masih berlangsung dan PSBB tetap diberlakukan di Jakarta, sehingga Arsyad dan keluarganya batal pulang kampung alias mudik lebaran.

ADVERTISEMENT

Pengusaha tambang dan perkebunan ini kemudian bercerita panjang lebar seputar hari raya Idulfitri, soal pengalaman dia berlebaran di kampung saat masih SD, SMP dan SMA, sampai soal urusan perut, penganan khas yang menurutnya wajib ada di meja makan saat hari kemenangan bagi umat muslim di seluruh dunia itu dirayakan.

Berikut transkrip wawancara H. Arsyad Kasmar (AK) dengan koranseruya.com (KS) beberapa saat lalu, Kamis 21 Mei 2020, malam.

Koran Seruya (KS): Pak Haji Arsyad, ini kan lebaran sisa beberapa hari lagi, masih ingatkah pengalaman masa kecil, yang paling berkesan saat Idulfitri di kampung halaman?

Arsyad Kasmar (AK): Saya umur 2 tahun sudah jadi Yatim, jadi kasih sayang paling banyak saya dapat dari ibu saya, tante, nenek dan paman-paman saya di kampung.

Waktu masih umur-umur SD itu saya masih ingat, jelang Idulfitri, biasanya di dapur belakang rumah, tante dan Ibu saya rajin bikin kue dengan kacang bawang goreng. Nah, pas menggoreng kacang, biasanya kalau selesai ditiriskan dulu di wadah, didinginkan sebelum masuk ke dalam toples, nah kacang bawang itu biasanya saya masuk dapur saya kantongi. Ibu atau tante saya kadang ngomel kalau mendapati kantong baju atau celana saya warnanya berubah jadi kuning karena minyak kelapa. Itu masa-masa di tahun berapa ya, saya kelahiran 1958, ya kalau tidak salah tahun 1965-an lah, pas jaman-jaman masih sekolah SD, hahahaa (tertawa).

KS: Berarti dulu bandel juga ya? Haha

Arsyad Kasmar (AK): ya namanya juga masih anak-anak, saya SD dan SMP di Baebunta, nanti SMA baru ke Masamba lanjut sekolah di sana. Umur 2 tahun saya sudah jadi anak Yatim, kami dibesarkan dari keluarga relijius, saya ingat, kalau subuh biasanya tugas saya antar nenek saya pergi sembahyang ke masjid, waktu itu belum ada listrik, kita cuma pakai obor, jalan kaki 500 meter ke masjid salat Subuh, dan ini rutin tiap subuh, jadi sudah terbiasa……..

KS: Apa makna Idulfitri bagi seorang Arsyad Kasmar?

AK: Idulfitri bagi saya adalah intinya kita baru saja lepas, selesai menahan hawa nafsu, makan minum selama 1 bulan penuh, dalam sebulan penuh itu tentu kita melaksanakan ibadah-ibadah dan perintah agama, mulai dari puasa itu sendiri, salat 5 waktu dan salat lail/tarawih, membayar zakat dan lain sebagainya, sehingga ketika hari raya, dengan amalan-amalan kita itu, kita kembali fitrah (bersih), dan semoga memang seperti itu, semua insan pasti menginginkan dirinya Fitrah atau bersih kembali, kita saling bermaaf-maafan dan menjalin silaturahmi

KS: Nah ramadan kali ini kan beda ya dengan tahun-tahun sebelumnya, karena kita di tengah pandemi virus corona, apa yang dilakukan bersama keluarga, di mana Jakarta kan masih PSBB dan tak boleh ke masjid dulu sesuai imbauan MUI dan Pemerintah?

AK: Sebenarnya dalam suasana prihatin seperti saat ini, kita ambil hikmahnya saja, kita harus patuh sama pemerintah, jangan melawan, karena pemerintah itu ulil amri minkum, pemimpin kita, sama di Luwu Utara, kita jangan melawan sama pemerintah daerah, kita harus taat sama Ibu Indah dan jajarannya, karena secara sah beliau diberi amanah untuk mengurusi rakyatnya, tetapi kita boleh dan sah-sah saja mengeritik pemerintah, asalkan caranya tentu harus baik dan bermartabat, pemerintah memang harus kita koreksi jika ada yang menurut kita keliru atau kurang tepat. Jadi walaupun saya berbeda paham atau corak politik karena mau maju Pilkada, mungkin nanti melawan Ibu Indah atau Pak Thahar, tetapi jangan sampai perbedaan ini memutuskan tali silaturrahim antara kita.

Jadi, ramadan kali ini kami cuma berjamaah saja di rumah, kami ada 8 orang. Memang jumlah pahalanya kalau di masjid jauh lebih besar, pahalanya 70 poin kata ustaz-ustaz, tetapi kita nikmati saja, karena di rumahpun kita bisa ibadah, bahkan bisa jadi imam…..

KS: Maaf sebelumnya, ada anggapan di tengah masyarakat, kalau Arsyad Kasmar itu katanya (maaf) suka “mati colli” atau layu sebelum berkembang, maju tapi akhirnya mundur lagi, apa komentar anda dengan istilah yang disematkan oleh sekelompok orang nyinyir tersebut, apalagi ini kita dengar, niatnya masih mau maju lagi di Pilkada Lutra tahun 2020, yang agaknya mundur ke 2021 nanti……

AK: Tidak apa-apa, dinda… bagi saya itu biasa-biasa saja, mungkin karena mereka tidak paham saja dengan jalan ceritanya sampai saya di Pilkada 2015 terpaksa harus mundur karena tidak dapat “perahu” semua Parpol waktu itu diborong sama Pak Arjuna dan Ibu Indah, saya tidak marah atau kecewa, saya malah jadikan itu sebagai pembelajaran dan motivasi dalam hidup saya.

Terus terang, waktu itu saya terlena, terlalu banyak di kampung (Lutra) untuk sosialisasi/kampanye, sehingga urusan rekomendasi partai politik (Parpol) di Jakarta tidak terlalu fokus, akhirnya direbut orang, itu karena terlalu percaya diri. Tapi Insha Allah, tahun ini atau tahun depan jika Pilkadanya mundur, AKAS sudah lebih baik, lebih siap dan kami yakin atas ijin Allah Subhana wata’ala, saya dan Andi Sukma akan tampil di arena Pilkada, tetapi kami tak ingin terlalu banyak sesumbar, biarkan nanti masyarakat yang menilai sendiri.

KS: Kembali ke soal hari raya Idulfitri, makanan dan minuman apa sih yang paling disukai, menu wajib yang harus ada di meja makan saat lebaran tiba?

AK: Bagi saya, sama saja seperti kebanyakan orang, wajib ada opor ayam, kari ayam, lappa-lappa, buras, gogos, sokko yang kuning-kuning berminyak ada ayamnya, serundeng, hahaha, pokoknya masakan-masakan kampung saja…

KS: Kalau minuman?

AK: Apa ya, paling sirup, atau tape dari ketan hitam atau tapai singkong

KS: Kalau tokoh atau orang yang paling berpengaruh sehingga anda bisa sukses?

AK: Tentu almarhumah Ibunda saya, beliau banyak memberikan saya nilai-nilai etika dan moral sejak kecil, satu pesannya yang selalu saya kenang adalah “kamu pergi merantau carilah harta yang halal, kalau sudah dapat rezeki berbagilah kepada orang lain” ada juga pesannya “jangan terlalu pelit karena harta tidak dibawa mati” semua ini membentuk karakter saya, ketika menjadi atasan sebagai pimpinan perusahaan, atau sebagai kepala keluarga, saya tidak akan mengambil sesuatu yang bukan hak saya…..

KS: Adakah pesan Idulfitri yang ingin disampaikan kepada masyarakat Luwu Utara?

AK: Pesan saya, marilah kita semua dalam perbedaan pilihan politik di Pilkada nanti jangan membuat hubungan persaudaraan dan tali silaturahmi menjadi renggang bahkan sampai putus, saya, Ibu Indah dan Pak Thahar, kita semua adalah saudara, saya nyatakan maju lagi di Pilkada Lutra bukan karena ingin melawan Ibu Indah dan Pak Thahar.

Satu-satunya alasan saya maju lagi di Pilkada kali ini karena menurut penilaian saya, Luwu Utara ini dari dulu hingga sekarang belum maju-maju, belum berkembang, begitu-begituuuuu saja terus, ini alasan kuat  kenapa saya mau bertarung lagi (di Pilkada), karena kalau rakyat Lutra ini sudah makmur dan maju di bawah kepemimpinan Ibu Indah, buat apa saya repot-repot mau maju (Pilkada) lagi, iya, kan?

Saya juga maju bukan untuk mencari uang, cari harta, atau apa, saya kembali maju Pilkada semata-mata hanya karena ingin mengabdi dan memperbaiki keadaan. Sekali lagi saya tekankan, saya maju lagi di Pilkada Lutra karena kampung halaman saya tidak ada perkembangan signifikan selama lima tahun terakhir ini, itu saja saya kira.

Saya berdoa, semoga umur yang Allah berikan pada saya ada manfaatnya, bisa berguna bagi yang lain, karena sebaik-baik manusia jika bisa memberikan manfaat bagi sesamanya, insha Allah mohon doa ta semua……

Terakhir, saya juga ingin sampaikan, kami sekeluarga dan juga Opu Andi Sukma sekeluarga ingin mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin untuk semua masyarakat Luwu Utara di manapun berada. Salamakki tapada salama….

Biodata Singkat: 

Nama: H Arsyad Kasmar

Tempat/Tgl Lahir: Baebunta, 10 Oktober 1958

Jabatan: Ketua DPC Gerindra Luwu Utara

Istri: Hj Tita Sofia Intani (Palembang-Bandung)

Anak:

  1. Ade Arman Saputra, (wiraswasta/berkeluarga)
  2. Aisyah Tiar Arsyad (wiraswasta/berkeluarga)
  3. Khaidir Tiar Arsyad (staf ahli di BPD/belum berkeluarga)

Cucu: 5 orang

(iys)

ADVERTISEMENT