PALOPO–Longsor di jalan poros Palopo-Toraja Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo, kini sudah hampir setahun. Hanya saja hingga saat ini, lokasi tersebut masih belum dapat dilalui kendaraan roda empat.
Sejak longsor terjadi pada 26 Juni 2020 lalu, akses jalan Palopo-Toraja Utara terputus. Warga sangat kesulitan jika hendak menuju ke Toraja Utara dari Palopo, begitupun sebaliknya.
Untuk itu, pemerintah membangun jembatan gantung untuk akses roda dua. Jembatan gantung ini sebagai akses penghubung antara Kota Palopo dan Kabupaten Toraja Utara.
Sementara itu, untuk akses roda empat kini masih dalam pengerjaan. progres proyek tersebut masih dalam tahap pengerjaan.
Proyek itu dikerjakan oleh Kementerian PUPR Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Selatan. Pelaksananya yakni PT Aphasko Utama Jaya.
Dari papan proyek, tertulis proyek tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) tahun 2020/2021.
Dengan nilai anggaran Rp 31.767.199.361.80 / Rp 31 miliar. Masa pengerjaannya selama 240 hari kalender. Menurut pekerja di lokasi, proyek ini ditarget bakal rampung pada Agustus mendatang. “Targetnya bulan delapan sudah rampung,” kata salah satu pekerja.
Sementara itu, untuk akses transportasi, penumpang yang ingin menuju Palopo ke Toraja atau sebaliknya menggunakan sistem sambung mobil.
“Penumpang di sini harus sambung mobil. Untuk tarifnya Rp 50 ribu dari sini. Jadi total Rp 100 ribu kalau dua kali naik mobil. Ditambah lagi biaya ojek menyeberang Rp 10 ribu,” kata Leni warga setempat.
Para sopir angkutan umum baik minibus ataupun bus sudah standby di lokasi. Dengan adanya sistem oper penumpang, menjadi mata pencaharian baru warga setempat untuk menyediakan jasa ojek. Kadang mereka bisa meraup keuntungan hingga Rp 100 ribu per hari dengan jasa ojek tersebut.
Sebelumnya, bencana longsor di poros Palopo – Toraja ini terjadi pada 26 Juni 2020 lalu. Sebanyak 9 rumah amblas terbawa longsor dan sedikitnya 17 kepala keluarga terdampak bencana. (*)