Bawakan Orasi Ilmiah di STIK Tamalatea, IDP Ungkap Inovasi Atasi Stunting di Luwu Utara

112
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani.
ADVERTISEMENT

Makassar — Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar mengundang Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, untuk membawakan Orasi Ilmiah pada acara Wisuda Sarjana XXVI dan Pascasarjana XI Program Studi Kesehatan Masyarakat, Kamis (7/10/2021) di Hotel Dalton, Makassar. Di hadapan para Pimpinan, Senat, Dosen, dan Wisudawan STIK Tamalatea, Bupati Indah Putri Indriani menyampaikan Orasi Ilmiah tentang Aksi Konvergensi Penurunan Stunting di Kabupaten Luwu Utara. Indah mengaatakan, aksi konvergensi stunting menjadi bagian dari 17 SDGs atau tujuan pembangunan milenium berkelanjutan, sekaligus menjadi salah satu fokus pembangunan nasional termasuk di daerah.

“Kesuksesan negara di masa mendatang sangat ditentukan oleh keadaan kesehatan generasi masa kini. Namun, fakta menyatakan bahwa 4 dari 10 anak balita di Indonesia mengalami stunting dibanding usianya,” kata Indah. Fakta itu, kata dia, menjadi tantangan bersama karena dampak stunting ini tidak disadari masyarakat. Padahal stunting berdampak pada seluruh siklus kehidupan, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang,” papar Indah.

ADVERTISEMENT

Dijelaskannya bahwa upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai desa. Lebih ia katakan, intervensi gizi spesifik umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif menyasar penyebab tidak langsung stunting yang mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran komitmen dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan bergizi.

Pada kesemoatan itu, orang nomor satu di Luwu Utara ini mengungkapkan bahwa berdasarkan data e-PPGBM, stunting di Luwu Utara pada 2018 adalah 31,10% turun menjadi 19,65% pada 2020. “Untuk mencapai target nasional tahun 2024, yakni 14 %, maka diperlukan keterlibatan lintas sektor terkait termasuk dengan dukungan regulasi dalam rangka percepatan pencegahan dan penurunan angka stunting di Kabupaten Luwu Utara,” terangnya.

ADVERTISEMENT

“Kami juga senantiasa menawarkan kepada berbagai pihak, khususnya perguruan tinggi untuk dapat membantu dan bahu-membahu bersama dengan Pemda Luwu Utara dalam rangka pencapaian target stunting 14% di 2024 melalui kerjasama satu sarjana kesehatan masyarakat satu desa,” ujarnya menambahkan. Ie menyebutkan, di Luwu Utara, pada 2021 terdapat 30 desa lokus stunting, dan 2022 telah ditetapkan 50 desa lokus stunting.

“Pemda terus berupaya melakukan berbagai terobosan untuk mengentaskan stunting, baik dengan upaya sensitif maupun spesifik,” kata dia. Masih Indah, berbagai inovasi dan upaya spesifik telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan stunting, di antaranya Pekan Bebas Stunting (PBS) di Wilayah Puskesmas Limbong, Panti Gizi di Wilayah Puskesmas Sabbang Selatan dan Pos Gizi Pencegahan Stunting di wilayah Puskesmas Bonebone. Ketiga inovasi itu, kata dia, fokus pada upaya promotif terkait dengan penyebab stunting dan praktek Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) dengan pangan lokal.

“Inovasi upaya sensitif yang mendukung penurunan stunting di Luwu Utara di antaranya adalah inovasi Getar Dilan dan inovasi ini telah mendapat penghargaan TOP 45 inovasi terbaik di Indonesia. Kemudian inovasi Sentuh Hati, yaitu Sentuh Hati Masyarakat Dalam Penerapan STBM Pilar 1 (Stop Buang air besar Sembarangan). Dengan inovasi ini, menjadikan Luwu Utara sebagai Kabupaten ODF, dengan 100 % masyarakat mengakses sanitasi dasar,” beber Indah.

Tak hanya itu, untuk menurunkan stunting, Pemda juga mendorong kolaborasi pentahelix dalam membangun goverment collaborative. “Kita terus berkolaborasi dengan LSM, perguruan tinggi, dan komunitas melalui berbagai program dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mengentaskan masalah stunting dan menjadikan stunting sebagai salah satu fokus masalah kesehatan masyarakat untuk ditanggulangi bersama,” tutup Indah. Turut hadir dalam acara ini, Kepala LLDIKTI Wilayah IX Sultan Batara, Prof Jasruddin, dan Kadis Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (hms)

ADVERTISEMENT