Joe Biden Sebut Jakarta 10 Tahun Lagi Tenggelam, Wah Pantas Saja Ibukota Mau Pindah ke Kalimantan

179
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM — Presiden Amerika Serikat, Joseph “Joe” Biden meramalkan soal kemungkinan Ibukota Indonesia, yakni Jakarta bakal tenggelam dalam 10 tahun mendatang. Waduh!

Menurut Biden, itu disebabkan karena fenomena perubahan iklim.

ADVERTISEMENT

Pernyataan soal Indonesia itu disampaikan Biden saat mengunjungi Kantor Direktur Intelijen Nasional. Dikutip dari situs resmi White House, Jumat (30/7/2021), pernyataan itu disampaikan dalam sambutannya di depan para pemimpin badan intelijen di AS.

Biden mulanya berbicara mengenai ancaman terbesar yang dihadapi AS. Dia mengatakan, Departemen Pertahanan mengungkapkan, bahwa perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi AS.

ADVERTISEMENT

“Kita berada dalam situasi di mana – pikirkan ini. Pikirkan tentang ini: Saya tidak akan pernah melupakan pertama kali saya terjun ke tank sebagai Wakil Presiden, setelah saya terpilih. Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahan iklim,” kata Biden.

Biden mengatakan, kini permukaan air laut terus meningkat. Dia mengungkapkan, ke depannya, akan banyak orang bermigrasi dan memperebutkan tanah yang subur. Biden mencontohkan Afrika Utara.

Baru kemudian Biden menyinggung Indonesia. Menurutnya, jika apa yang diproyeksikan benar, maka dalam 10 tahun ke depan Indonesia harus memindahkan ibu kota karena akan tenggelam.

“Tapi apa yang terjadi – apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?” kata dia.

“Itu penting. Ini adalah pertanyaan strategis sekaligus pertanyaan lingkungan,” imbuh Biden.

Biden mengatakan jika permukaan air laut 2,5 kaki atau 7,6 cm saja akan ada jutaan orang yang harus pindah dari lokasi yang ditinggali.

“Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur …,” ujarnya.

Proyeksi yang disampaikan Biden terkait Jakarta yang akan tenggelam bukan yang pertama.

Sebelumnya, sudah ada sederet kajian soal proyeksi Jakarta.

Pada 13 Mei 2021 lalu, sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan oleh perusahaan konsultan risiko Verisk Maplecroft memuat 100 kota di dunia yang menghadapi risiko lingkungan terbesar.

Laporan perusahaan global asal Inggris itu menobatkan Jakarta sebagai kota paling rentan di dunia terhadap risiko lingkungan.

Melansir Time, dari seluruh 100 kota yang menghadapi risiko lingkungan terbesar itu, 99 kota di antaranya terletak di Asia.

Sementara, 14 kota dari 20 kota paling aman terhadap risiko lingkungan terletak di Eropa.

Dikutip dari Kompas.TV, para peneliti dalam laporan itu menilai 576 kota terbesar di dunia berdasarkan kualitas udara dan air, tekanan panas, kelangkaan air, kerentanan terhadap perubahan iklim dan eksposur lanskap, populasi, ekonomi serta infrastruktur terhadap bahaya alam.

Bahaya alam itu seperti gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.

Laporan itu menyebut, sekitar 1,5 miliar orang tinggal di kota yang menghadapi “risiko tinggi atau ekstrim”.

Asia tak cuma merupakan kawasan dengan penduduk paling padat.

Tapi juga semakin menambah tekanan pada sumber air dan menambah polusi dari pembakaran batu bara serta bahan bakar secara meluas.

Namun demikian, kawasan ini juga memiliki sejumlah besar “bahaya alam” yang tertanam pada geografisnya.

Contohnya, sejumlah kota di Jepang berisiko mengalami gempa bumi dan banyak kota di Delta Mekong di Vietnam yang sangat rentan banjir.

Laporan itu menobatkan Jakarta, ibu kota Indonesia yang dihuni oleh 10 juta penduduk, sebagai kota paling rentan sedunia terhadap risiko lingkungan.

Naiknya air laut dan penurunan tanah – karena menipisnya akuifer (=lapisan penampung air tanah) alami di bawah permukaan kota lantaran orang-orang memompa air keluar dari tanah untuk minum dan mencuci – menjadikan Jakarta sebagai kota yang paling cepat tenggelam.

Hal ini ditandai dengan banjir yang kerap melanda ibu kota dan sebagian kota Jakarta diperkirakan akan tenggelam pada tahun 2050.

Kota metropolitan ini juga mengalami polusi udara akibat pembangkit listrik tenaga batu bara.

Situasi lingkungan yang dihadapi Jakarta begitu buruknya hingga pemerintah pun berencana memindahkan ibu kota.

Sementara itu, India berada di urutan terburuk sebagai negara, dan 13 dari 20 kota paling berisiko lingkungan ada di negara ini.

India juga menduduki peringkat 43 dari daftar 100 negara yang dinilai.

Sejumlah kota di India yang menghadapi ancaman terbesar termasuk di antaranya New Delhi, dan Chennand Chandigarh.

Kualitas udara India yang buruk juga menyumbang faktor terbesar bagi tingkat risiko lingkungan yang dimiliki India.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Lancet tahun lalu menemukan bahwa polusi udara berkontribusi terhadap 1,7 juta kematian dini di India pada tahun 2019.

Para ilmuwan mengatakan, polusi udara meningkatkan jumlah kematian dalam wabah Covid-19 yang dahsyat di India.

Sedangkan 37 dari 100 kota yang menghadapi risiko lingkungan terbesar terletak di China dan polusi udara disebut sebagai faktor penyebab terbesarnya.

Mengutip laporan Verisk Maplecroft, Jakarta adalah kota dengan kerugian ekonomi termahal di Asia-Afrika akibat perubahan iklim.

Pada 2023, kerugiannya diperkirakan mencapai US$ 233 miliar. Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.491 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 29 Juli 2021, maka kerugian itu mencapai Rp 3.231,49 triliun. Luar biasa!

(*)

ADVERTISEMENT