Kisah Joe Biden dan Arsyad Kasmar Mirip, 2 Kali Gagal Saat Nyapres dan Nyabup tapi Sukses di 2020

799
ADVERTISEMENT
Oleh: Iccank Razcal
Jika Arsyad Kasmar bersama Andi Sukma atas kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala, sukses menjadi bupati dan wakil bupati Luwu Utara dalam Pilkada 9 Desember 2020 mendatang, maka keberhasilan Arsyad tampaknya mengikuti rekam jejak Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat.
Joe Biden yang saat saya tulis artikel ini sementara unggul dengan 290 suara elektoral atau lebih dari cukup untuk jumlah minimal 270 suara agar bisa memenangkan Pilpres USA menghadapi seterunya, Donald Trump yang baru meraup 214 suara elektoral dari total 583 suara elektoral yang diperebutkan, data  per Minggu 8 November 2020 pukul 8.00 Wita.
Joe Biden pernah nyapres dua kali, di tahun 1987 dan 2008 tapi gagal, ia baru sukses pada tahun 2020 ini, meski pertarungannya terbilang cukup berat karena harus melawan Incumbent, yang sedang berusaha untuk “oppo” alias terpilih untuk kedua kalinya.
Joe Biden bukanlah tokoh kacang-kacang di Amerika Serikat. Ia pernah menjadi wakil presiden di era Barrack Obama sebanyak 2 periode berturut-turut.
Sementara Arsyad Kasmar, yang jika dibandingkan dengan Joe Biden maka orang mungkin akan menganggap kesannya terlalu berlebihan alias lebay. Loh kok?
Namun, filosofi keduanya ternyata mirip, ketika menemui kegagalan, dua tokoh ini tak langsung patah arang, tapi terus mencoba dan mencoba, hingga akhirnya berhasil.
Joe Biden, mengutip BBC pernah mengatakan, bahwa ayahnya selalu berpesan pada dirinya untuk tidak mudah putus asa dan kecewa jika gagal.
“Champ, ketika kamu dirobohkan, kamu harus bangkit kembali,” demikian pesan Joseph Biden Sr, sang ayah, yang seorang penjual mobil bekas di Scranton, Pennsylvania, ketika itu.
Petuah sang Ayah diresapi benar politisi partai Demokrat itu, hingga akhirnya sukses mengandaskan Petahana.
Lain lagi Arsyad Kasmar, pengusaha putra daerah asal Baebunta yang kini menasional dan banyak bermukim di Ibukota.
Ia tercatat pernah mengikuti Pilkada Lutra tahun 2005 dan 2010, serta kandas saat ingin mencoba lagi di 2015, dimana partainya yakni Gerindra saat itu, dibajak oleh Cabup Indah Putri Indriani yang berpasangan dengan Thahar (Paslon PINTAR).
Nah di tahun 2020 ini, Arsyad Kasmar maju lagi dengan merek baru: AKAS.
Ia sudah “tebal telinga” dengan cibiran orang terhadapnya. Karena bagi Arsyad, ia maju kembali di Pilkada Lutra karena 3 alasan yang memang masuk akal.
Bagi dirinya, bertarung di Pilkada bukanlah suatu tindakan kriminal yang harus diejek dan dilecehkan.
Saat berbincang santai di kediamannya di Desa Baebunta, Arsyad setiap kali bertemu konstituennya selalu berkata jika ia maju di 2020 ini dengan menggandeng legislator senior Hanura, Andi Sukma karena 3 alasan pokok.
Pertama, kata Arsyad, ia maju karena daerahnya di Luwu Raya adalah daerah yang paling tertinggal, meskipun sesungguhnya Lutra kaya dengan Sumber Daya Alam.
Infrastruktur jalan jembatan di Luwu Utara masih sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Luwu Raya, bahkan di regional Sulawesi Selatan.
Dari ibukota kabupaten (Masamba) ke 2 kecamatan yakni Seko dan Rampi jalannya masih tidak layak sama sekali. Belum lagi kondisi jalan di desa-desa kecamatan terpencil lainnya.
Ketertinggalan Lutra inilah yang membuat Arsyad “marah besar” dan membuat ia terpaksa harus turun gelanggang lagi, bertarung demi kehormatan daerah asalnya, Luwu Utara.
Kedua, masih lanjut ketua DPD Gerindra Lutra itu, karena faktor bencana alam.
“Bencana alam itu takdir Tuhan, tapi kita menjadi manusia bodoh kalau kita ceroboh dan mau terus-terusan dilanda longsor dan banjir berkali-kali,” ucapnya.
Dan alasan ketiga, Arsyad Kasmar merasa saatnya-lah sekarang ini untuk pulang kampung membangun daerah, mengabdi dengan manajemen yang lebih transparan dan tanpa KKN alias Korupsi Kolusi Nepotisme yang ditengarai menjadi faktor ketertinggalan daerah ini.
“Banyak cerita miring beredar, tapi Wallahu Alam, pemerintah kurang memperhatikan putra daerah sendiri, proyek ada yang atur, pengusaha yang menang tender fee-nya sekian, dan sebagainya, ini obrolan masyarakat, benar tidaknya kita serahkan pada Yang Maha Melihat, tapi indikasinya dirasakan rakyat kita, yaitu kesenjangan sosial kian lebar, pengangguran meningkat, kesejahteraan menurun, ini implikasi dari regulasi kebijakan Pemda yang katanya Pro Rakyat, tapi maaf, khusus untuk rakyat yang dekat kekuasaan saja, ketidakadilan ini harus kita perbaiki,” cetusnya.
Apalagi, survei terbaru dari Medium Institute di akhir Oktober lalu menempatkan AKAS di posisi teratas dengan 34% menyusul Paslon petahana BISA 32% dan MTR-RL 13%.
Kembali ke tema sentral soal kesamaan nasib dan filosofi perjuangan dan kegigihan Joe Biden – Arsyad Kasmar yang memang hampir sama, meski beda level dan juga lintas negara, hanya masalah ini saja yang agaknya berbeda, yakni usia!
Usia Biden akan genap 78 tahun pada 20 November 2020 mendatang, sedangkan Arsyad Kasmar, Paslon bertagline Harapan Baru itu usianya telah memasuki 62 tahun, pada 10 Oktober lalu.
Wallahu alam……
*) Penulis adalah pemerhati sosial, tinggal di Palopo 
ADVERTISEMENT