PALOPO–Pemerintah Kota Palopo yang begitu concern terhadap budidaya sagu dan olahannya agaknya menjadi alasan tersendiri bagi International for Research and Education in Agriculture Nagoya University of Japan (ICREA ) mau datang berkunjung ke Kota Palopo, Minggu 23 Februari 2020.
Bertempat di Aula Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Palopo, Peneliti Sagu Nagoya University Jepang, Marlisa Ayu Trisia, Ph.D bersama pemerintah kota Palopo diwakili oleh Plt Kepala Bappeda Kota Palopo yang sekarang menjabat Sekda Palopo, Drs. Firmanza DP, SH.,M.Si melakukan pertemuan dan koordinasi untuk mendapat masukan juga dukungan terkait penjajakan bentuk-bentuk kerjasama dalam pengolahan Sagu agar bisa berdampak positif bagi peningkatan taraf hidup masyarakat.
Pertemuan ini turut dihadiri Plt. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Palopo, Andi Enceng, beberapa Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kota Palopo lainnya, serta perwakilan dari dua perguruan tinggi di Palopo yakni UNCP dan Universitas Andi Djemma Palopo.
“Kita di Palopo ingin mewujudkan ekonomi lokal berbasis sagu yang berkelanjutan. Menuju kesana, pertemuan tadi itu amat penting, kita sebelumnya juga sudah melakukan Seminar Nasional tahun 2015 di Palopo dan Seminar Internasional 2016 di Makassar, ini upaya untuk menyiapkan project Sagu Technopark, harapan kita, ini dimulai dari penelitian, dan kemudian berlanjut ke program kerjasama,” jelas Firmanza usai pertemuan.
Firmanza berharap kerjasama ini nantinya bisa berlanjut hingga G to G atau Government to Government, yakni antara Pemkot Palopo dan Pemerintah Jepang. Satu hal yang bisa kita tangkap adalah peluangnya, misalnya biaya riset untuk negara ini yang kita sama ketahui anggarannya cukup besar, selain itu, lanjutnya, di Kementerian Pertanian kita bisa memanfaatkan peluang yang ada tersebut, imbuhnya lagi.
Sementara Marlisa Ayu Trisia, Ph.D, Peneliti Sagu Nagoya University Jepang, dalam kesempatan itu memapar proposal penelitiannya berjudul “Meningkatkan Metode Budidaya dan Komersialisasi Budidaya Sagu Sebagai Sumberdaya Regional di Bagian Timur Indonesia”. Ia berharap nantinya dari output ini adalah peningkatan kesadaran dan advokasi promosi tentang potensi penanaman sagu untuk mata pencaharian masyarakat lokal serta untuk ketahanan pangan melalui sertifikasi bibit berdasarkan penelitian ilmiah Kementerian Pertanian.
Selain itu, pengembangan sumberdaya manusia di tingkat regional, tentang pemanfaatan sagu yang tinggi dan produksi pertanian berkelanjutan menjadi salah satu bagian penting kesuksesan program ini. Begitupun penyebaran materi pendidikan tentang Sagu di sekolah perlu ditingkatkan, agar masyarakat utamanya di Tana Luwu khususnya di Palopo ini bisa lebih tercerahkan , mengingat penganan dari Sagu sudah bisa dianggap sebagai makanan pokok bagi masyarakat di daerah ini. (iys/foto: hms)