Seruya Weekend: Asyiknya Plesiran ke Rinding Allo, Desa Wisata Terlengkap di Rongkong Luwu Utara

1751
ADVERTISEMENT

LUWU UTARASeruya Weekend kali ini mengajak anda untuk plesiran ke sebuah kecamatan yang pesona alam dan warisan budayanya tetap terjaga dan lestari.

Meski digempur bejibun pengaruh global, namun nama Rongkong, di Bumi Lamaranginang Luwu Utara itu hingga kini masih tetap menjadi tujuan wisata favorit dan paling moncer, khususnya di Tana Luwu bahkan Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT

Edisi kali ini, kita akan menuju ke Buntu Tabuan Desa Rinding Allo, Kec. Rongkong Kab. Luwu Utara Sulawesi Selatan, sambil menyambangi aktivitas warganya, di dusun yang sama yakni Salurante, yang dijadikan Pemda Lutra sebagai “beranda depan” kabupaten itu, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi turis domestik maupun mancanegara, untuk datang berkunjung ke kawasan ini, daerah dengan hasanah budaya tenun tradisionalnya yang unik dan melegenda.

Spot foto yang paling fenomenal, instagramable dan kece! Ini di Rongkong Luwu Utara tepatnya di Rinding Allo, Buntu Tabuan. (Foto: Instagram @adrianputradarwan)

Buntu yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah gunung atau bukit. Sedangkan “Salu” itu artinya sungai atau kali. Buntu Tabuan, adalah salah satu spot fotografi terbaik di kawasan ini.

ADVERTISEMENT

Setelah menyusuri Buntu Tabuan dan kampung tenun di Dusun Salurante, kita juga nanti akan menikmati destinasi wisata Air Terjun Rante Kasimpo masih di dusun yang sama.

Baca Juga: Keren! Luwu Utara Kini Miliki Galeri Tenun Rongkong 

Kami menukil kisah menarik ini dari berbagai literasi, salah satunya ditulis oleh mongabay.co.id, sebagai pelengkap perjalanan wisata kita pekan ini di Luwu Utara, negeri elok yang tahun lalu sempat diterpa bencana banjir bandang.

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, saat mengunjungi Rinding Allo (2019)

Let’s go!

Rinding Allo adalah salah satu desa terpencil di Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara yang menyimpan banyak potensi wisata.

Wisata alam atau eko wisata, serta wisata budaya adalah potensi luar biasa yang dimiliki kawasan ini jika tetap dikelola dengan baik seperti saat ini.

Apalagi, Indonesia kini punya menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sandiaga Uno) yang dikenal doyan plesiran dan pegiat Sosial Media, sehingga Rongkong lambat laun akan menjadi salah satu destinasi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan dipromosikan lebih gemebyar lagi.

Kembali ke Desa Rinding Allo yang juga disebut sebagai kepingan surga yang tersembunyi, lantaran kemolekan tempat wisatanya yang masih “perawan”. Idih….

Terletak di atas 1700 Mdpl, Desa Rinding Allo menyajikan salah satu destinasi wisata Buntu Tabuan.

Di tempat itu, wisatawan bisa menikmati pemandangan yang indah dari puncak dataran tinggi Buntu Tabuan, camping area, hammock area dan menariknya banyak spot-spot keren untuk berswa-foto, jeprat jepret dan diupload ke feed instagram kalian. Wih!

Nah, di Rinding Allo ini juga ada sebuah tempat permandian, air terjun yang eksotik, namanya Air Terjun Rante Kasimpo di Dusun Salurante. Air terjun di tempat ini seperti lazimnya air terjun di tempat lain, airnya dingin, sejuk dengan panorama bebatuan dan bebukitan serta aneka tanaman yang membuat perasaan tiba-tiba segar dan rasa ingin mandi yang membuncah. Kerennya lagi, air terjunnya cukup banyak, sampai bertingkat-tingkat. Untuk kesini kalian harus rela jalan kaki masuk ke dalam.

Air Terjun Rante Kasimpo, Dusun Salurante, Rongkong Luwu Utara. (Foto: instagram @salurante_colorful)

Udah mandi pasti segar.
Sekarang kita let’s go lagi ke dusun Salurante, tentunya masih di Desa Rinding Allo, yang wilayahnya cukup luas itu.

Melansir Tribun News, Kepala Pusat Informasi Pariwisata Luwu Utara Bulan Masagena mengatakan, Rinding Allo menawarkan wisata alam berbasis budaya bagi setiap pengunjung.

Di Rinding Allo, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam khas pegunungan yang kerap diselimuti kabut disertai suhu udara yang terbilang dingin.

Selain itu, pengunjung juga bisa berkunjung ke Kampung Tenun Rongkong Berselimut Kabut di Dusun Salurante.

“Di Salurante kita bisa melihat langsung tradisi menenun yang sudah berlangsung selama ratusan tahun,” kata Bulan, 21 Januari tahun lalu.

Bulan menyebutkan, tradisi menenun di Salurante dilakukan secara turun-temurun warga setempat. Khususnya kaum perempuan.

Jenis kain yang berbeda dari kain tenun lainnya jadi ciri khas tersendiri bagi tenun Rongkong.

Seperti jenis pori lonjong, pori situtu, pori alla, rundun lolo, kulangbu tanete, tali tobatu, dan salendang.

“Selain bisa melihat tujuh jenis kain tenun, kita juga bisa melihat 17 motifnya,” kata Bulan.

Suasana kampung tenun Rongkong berselimut kabut di Dusun Salurante, Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Soal penginapan kalian nggak usah pusing.

Sebab, ada 15 rumah warga di sana yang bisa dijadikan homestay.

“Tarifnya bervariasi, ada Rp 150 ribu per malam, ada Rp 100 per malam untuk setiap orang. Tapi itu sudah termasuk sarapan pagi dan kopi,” katanya.

Berikut datanya:

-Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Luwu Utara, Sulawesi Selatan

-65 kilometer dari Masamba, ibu kota Luwu Utara

-Ditempuh dengan waktu kurang lebih dua jam menggunakan motor maupun mobil

-Jalan cukup mulus, sebagian besar sudah diaspal.

-Menawarkan wisata alam berbasis budaya

-Kampung tenun Rongkong berselimut kabut di Salurante

-Camping area Buntu Matusan dan Buntu Tabuan

-Hamparan sawah terasering (pengunjung bisa ikut menanam padi)

-Air terjun Rante Kasimpo

-Penampilan tari tradisiona/belajar menari

-Suhu udara berkisar 18-19 derajat celcius

-Homestay Rp 100 ribu-150 ribu per malam per orang (termasuk sarapan dan kopi)

-Tarif ojek dari (Sabbang-Rongkong) 50 ribu.

-Tarif mobil rental Rp 300 ribu per hari (Masamba)

Udah lega kan, informasinya udah cukup komplit bukan?
Gimana-gimana? Tertarik liburan ke Rongkong? Jangan lupa kalo kesana foto-foto yang banyak dan di-share akun sosial media kamu yah?

Oh iya, seperti biasa Seruya Weekend selalu memberikan peta lokasi (share location) ala-ala WhatsApp biar kalian ngga nyasar sampai ke Seko, hehehe….

Klik disini untuk Google maps-nya.

(*/iys)

Sedikit Kisah Tentang Rongkong

(dilansir dari mongabay.co.id yang dipublish pada 1 Mei 2017 silam)

Sekitar pukul 10.00, kami menuju Manganan (salah satu dusun di Rinding Allo, red).

Kuda-kuda mengangkat barang. Kami berjalan di samping atau belakang. Ini tradisi Ma’teke, masyarakat mengangkut barang dengan pelana diisi jerami atau kapas, diletakkan di punggung kuda.

Dapat pula berjalan kaki sekitar 30 menit.

Di tempat ini, saya bertemu Mawila. Dia satu-satunya penenun tua di Salu Rante. Perkiraan dia, lahir sebelum NICA pasukan sekutu memasuki Sulawesi Selatan pada 1948.

Mawila, penjaga tradisi tenun Rongkong di Dusun Salurante. (Foto: Eko Rusdianto/mongabay.co.id)

Mawila adalah pengetahuan utama dalam tenun Rongkong. Dia memahami tujuan dalam pembuatan motif. Hingga penempatannya. “Ini salah. Harusnya hanya liukan. Tak boleh ada bunga di dalamnya,” katanya mengomentari salah satu tenun yang dibuat keluarganya. “Kalau lampa-lampa, sudah tidak ada lagi bunga rissin-nya.”

Motif Rongkong dikenal memiliki ciri khusus, seperti sekong sirenden (ungkapan kebersamaan), sekong mandi’ (saling berpegang tangan), lampa-lampa (potongan kayu), dan bunga rissin (salah satu bunga, yang menurut beberapa orang sudah tak ditemukan lagi di Rongkong).

Desa Rinding Allo, meliputi enam dusun, masing-masing Kawalean, Manganan, Salurante, Buntu Mala’bi, Pamuntang dan Mabusa. Tiga dusun pertama jadi percontohan ekowisata.

Desa ini juga dikelilingi empat gunung pada masing-masing sisi, yakni Buntu Porreo, Tambuan, Tambolang, dan Paramean. Karena gunung ini pulalah, wilayah ini mendapatkan nama Rinding Allo, dalam terjemahan bebas Dinding Matahari.

Rinding Allo atau Rongkong secara umum adalah wilayah dikelilingi hutan tropis lebat. Sawah-sawah dengan sistem teras membentuk pemandangan menakjubkan. Dalam perut hutan, ada satwa endemik Sulawesi anoa (Bubalus quarlesi). Di pinggiran hutan, saya menemukan burung ekor panjang nan cantik dengan paruh atas kuning (kadalan Sulawesi).

Rongkong dikenal juga sebagai tempat lahir para panglima perang, para pemberani. Tempat bermula parang atau besi Porreo yang terkenal tajam dan bertuah.

Dalam kisahnya, seorang bernama Nek Malotong adalah kesatria (laki-laki) yang memiliki lidah hitam. Parang ditempa di Gunung Porreo. Para musuh yang terkena jilatan parang tak akan pernah selamat dari maut.

“Di gunung Porreo ada batu, bila parang diasah bisa beracun. Kalau menempa besi masa lalu di gunung itu, tak boleh untuk kehidupan sehari-hari. Hanya khusus perang,” kata Papongoran Salong.

(*/iys)

ADVERTISEMENT