Peringati Hari Ibu, Bupati Luwu Utara: Perempuan Tidak Boleh Alergi dengan Politik

90
Peringatan hari ibu di Luwu Utara. (Foto : Dok. Pemkab Luwu Utara)
ADVERTISEMENT

Luwu Utara — Puncak Peringatan Hari Ibu di Kabupaten Luwu Utara yang dipusatkan di Aula La Galigo, Rabu (22/12/2021), berlangsung meriah, dengan protokol kesehatan yang ketat.

Semua tamu yang hadir terlebih dahulu harus melewati pengukuran suhu tubuh yang dilakukan petugas dari PSC 119 Dinas Kesehatan. Pun tamu yang hadir wajib memakai masker.

ADVERTISEMENT

Puncak Peringatan Hari Ibu ke-93 dihadiri: Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani; Forkopimda, Kepala Perangkat Daerah, Ketua TP-PKK, Ny. Rahmah Nursaid Suaib; Ketua IKA DPRD, Ny. Basir; Ketua Bhayangkari, Ketua Umum Persit, Makole Baebunta Andi Masita, serta organisasi wanita se-Luwu Utara.

Bupati Luwu Utara didaulat memotong nasi tumpeng sebagai simbol puncak peringatan Hari Ibu, sekaligus didapuk untuk memotivasi kaum perempuan melalui sambutannya. Indah Putri Indriani mengatakan bahwa kehadiran kaum perempuan di jalur politik sangat diharapkan untuk memperjuangkan kesetaraan kaum perempuan.

ADVERTISEMENT

“Pahlawan perempuan asal Sumatera Barat, H.R. Rasuna Said, mengatakan bahwa kesetaraan itu harus diperjuangkan di jalur politik, karena segala kebijakan, regulasi, serta undang-undang dan semua turunannya itu hanya dapat diperjuangkan di jalur politik,” terang Indah.

“Olehnya itu, saya minta jangan alergi terhadap politik, karena kita ini bagian dari politik,” sambungnya. Indah menjelaskan, kepemimpinan itu tidak pernah mengenal gender. Kepemimpinan, kata dia, juga tidak mengenal jenis kelamin, tapi terkait kebijakannya, tentu harus selalu berkeadilan gender.

“Bicara gender tidak hanya soal perempuan. Nah ini yang diperjuangkan Raden Ajeng Kartini melalui emansipasi di sektor pendidikan. Anak-anak perempuan disuruh belajar agar setara dengan kesempatan yang diberikan kepada laki-laki,” tutur Indah.

Indah berharap, kaum perempuan juga bisa tampil di garda terdepan untuk menjadi pelopor kesetaraan gender. Karena menurut dia, kaum ibu atau kaum perempuan adalah sekolah pertama bagi sang anak.

“Ibu itu memiliki kesempatan paling besar membentuk generasi pemimpin bangsa. Siapapun yang jadi Presiden, Gubernur dan Bupati ke depan, itu adalah hasil didikan seorang ibu,” imbuhnya.

Untuk itu, ia mengimbau kaum perempuan untuk keluar dari zona nyaman, dan mengambil kesempatan untuk bisa lebih peduli dan berkarya demi masa depan.

“Perempuan jangan berdiam diri di rumah. Harus bisa keluar dari zona nyaman. Dunia luar memang terkadang tak ramah, tapi ini harus kita lewati kalau kita ingin tumbuh dan berkembang,” ucap dia memotivasi kamu ibu yang hadir.

Ia menyebutkan, ada 4 zona bagi perempuan bisa keluar dari zona nyaman, yaitu Comfort Zone, Fear Zone, Learning Zone, dan Growth Zone. Empat zona ini menjadi kunci untuk keluar dari zona nyaman serta berkarya dan peduli dengan lingkungan yang lebih luas.

“Perempuan itu identik dengan perasaan tulus, cinta dan kasih. Olehnya itu, lakukan sesuatu penuh ketulusan, karena tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan itu sendiri. Hal jazaaa’ul ihsaani illal ihsaan. Tak usah ragu, selama itu diniatkan untuk kebaikan, maka akan baik juga untuk semuanya,” pungkasnya. (***)

ADVERTISEMENT