MAKASSAR–Pasangan calon Gubernur-calon Wakil Gubernur Sulsel nomor urut satu, Nurdin Halid-Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar tampil menonjol dengan mengusung kearifan lokal. Penampilan penuh nuansa nilai kearifan lokal Sulsel itu terlihat natural pula dalam mengikuti debat kandidat edisi III Pilgub Sulsel di Auditorium TVRI, Jakarta, Rabu (9/5) malam lalu.
Hal tersebut sejalan dengan tema debat, yaitu penguatan kearifan lokal dalam memperkokoh ideologi bangsa dan NKRI. Sejak membuka debat, NH-Aziz selalu memesankan petuah dan warisan leluhur, seperti sikap sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge.
Begitupula saat segmen penampilan dari pasangan calon, NH-Aziz menawarkan suguhan tari dari keempat etnis di Sulsel. Apresiasi terhadap seluruh etnis besar Sulsel, yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar pun bertahan ditunjukkan oleh pasangan ini.
Saat mengawali pidato penutup, NH-Aziz kompak menyapa rakyat Sulsel dengan panggilan masing-masing etnis. Tanpa diskriminasi, pasangan nasionalis-religius ini mengapresiasi seluruh etnis mayor di Sulsel.
“Sangmaneku, Sammuaneku , silessurengku, saribattangku. Kemenangan yang kita akan raih dalam pilkada ini adalah kemenangan bagi seluruh masyarakat Sulsel, kemenangan bagi kita semua yang menginginkan perubahan,” ujar NH.
Pesan serupa juga diserukan oleh Aziz Qahhar. Usai pidato kemenangan, TVRI juga menyediakan segmen pidato kekalahan yang sekaligus mengakhiri agenda debat kandidat.
“Sangmaneku, Sammuaneku, silessurengku, saribattangku. Kemenangan dan kekalahan dalam pilkada adalah sebuah keniscayaan. Semua sudah ada takdirnya. Kami telah menyampaikan visi masi kami untuk melahirkan perubahan di Sulawesi Selatan yang lebih maju, mandiri, sejahtera dan religius,” tutur Aziz. (rls)