Sekolah Tatap Muka di Palopo Tunggu Ijin Walikota, Mendikbud: PAUD dan SD Belum Boleh ke Sekolah

1430
ILUSTRASI
ADVERTISEMENT

PALOPO–Tahun ajaran baru 2020/2021 dijadwalkan dimulai tanggal 13 Juli 2020 mendatang. Namun demikian, Dinas Pendidikan Kota Palopo yang membidangi pendidikan tingkat PAUD hingga SLTP, sampai Kamis (9/7/2020), masih menunggu keputusan Walikota Palopo, HM Judas Amir, terkait aktivitas pendidikan tatap muka di sekolah.

Kadis Pendidikan Kota Palopo, Asnita Darwis mengatakan, meski telah ditetapkan tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai tanggal 13 Juli, namun aktivitas pendidikan tatap muka di sekolah belum bisa dilaksanakan sebelum ada ijin dari Walikota Palopo, HM Judas Amir, sesuai keputusan bersama 4 Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun pendidikan 2020/2021.

ADVERTISEMENT

“Jadi, sampai saat ini, belum ada surat ijin dalam bentuk edaran Walikota. Kita tunggu saja. Sebelum ada keputusan resmi, sekolah tatap muka belum bisa dilaksanakan di tengah pandemi covid-19,” kata Asnita Darwis.

Sementara itu, Mendikbud Nadiem mengatakan, orang tua siswa berhak tidak mengizinkan anak masuk sekolah saat fase new normal berkaitan pandemi Corona atau COVID-19. Dia membolehkan anak-anak tetap mengikuti metode pembelajaran dari rumah. Kebebasan tersebut juga berlaku untuk sekolah lainnya di zona hijau yang juga akan menerapkan KBM secara tatap muka.

ADVERTISEMENT

“Kalau misalkan orang tuanya merasa masih tidak nyaman, orang tua bebas untuk tidak menyekolahkan anaknya dulu. Itu tanggung jawab sekolah untuk memastikan anak tidak terdiskriminasi karena (memilih) belajar di rumah,” ujar Nadiem saat kunjungan ke SMAN 4 Kota Sukabumi, Rabu (8/7/2020) lalu.

Nadiem menjelaskan sekolah yang berada daerah zona hijau boleh melaksanakan KBM secara tatap muka. Namun, ia menegaskan, sekolah tatap muka itu untuk tingkat sekolah menengah yaitu SMP hingga SMA.

“Dimulai sekolah menengah dulu, jadi SMA sama SMP. SD tunggu dulu harus latihan dulu dengan SMA dan SMP sampai dua bulan baru SD boleh, mulai tunggu lagi dua bulan baru PAUD,” tuturnya.

Menurut Nadiem, kunci menjalankan protokol kesehatan yaitu lebih kepada pola pikir mereka yang terlibat dalam pembelajaran dunia pendidikan di satu daerah.
“Bukan hanya mengikuti ceklis, kuncinya adalah pola pikir kepala sekolahnya itu seperti apa. Pola pikir guru-gurunya, pola pikir pengawas dan kepala dinasnya seperti apa. Kalau dia mengutamakan (protokol) kesehatan, ya pasti tercarilah jalannya ada berbagai macam inovasi. Lihat saja inovasi di sini, bukan hanya masker, tapi bereksperimentasi,” tutur Nadiem. (*/tari)

ADVERTISEMENT