PALOPO–Dinamika di tubuh partai Golkar kini terbagi tiga kubu, bukan lagi 2 seperti yang sering diwacanakan. Hal ini setelah 3 kandidat saat ini tengah berebut pesona untuk memegang kemudi di DPD II Golkar Palopo dalam perhelatan Musda yang sudah tidak lama lagi bakal digelar.
Fase pendaftaran telah dilalui. Tiga nama yang mendaftar seperti yang mencuat di media belakangan ini adalah Rahmat Masri Bandaso (RMB) yang juga wakil walikota Palopo. Baharman Supri, legislator fraksi Golkar di DPRD Palopo dan Hj Nurhaenih sang ketua DPRD Palopo.
Jika pengamat di kota Palopo lebih menjagokan dua “raksasa” yakni RMB dan Hj Nurhaenih yang bakal maju di grand final memperebutkan suara terbanyak (pemilik suara), maka Baharman Supri, yang “cuma” ketua KAHMI Palopo bisa apa?
Pengusaha bahan bangunan itu saat dihubungi Koran Seruya, beberapa hari lalu sebelum pengembalian formulir pendaftaran di ruang kerjanya di Komisi I DPRD Palopo menyingkap sedikit rahasia soal majunya dia di pemilihan Ketua Golkar Palopo di arena Musda III nanti.
“Pertama saya mau katakan jika saya maju ini murni untuk membesarkan partai saya Partai Golkar, bukan niat untuk sekedar ambisi pribadi, misalnya mau maju jadi calon walikota,” bocor Baharman, dengan mimik wajah serius.
Raut mukanya tetap santai meski pokok-pokok pikiran dari isi kepalanya terus mengalir saat berbincang dengan redaktur politik Koran Seruya.
“Lah, kalau maju bertarung berebut kursi Ketua Golkar tetapi tidak untuk mencalonkan diri di Pilwalkot terus untuk apa dong?”
Pertanyaan itu dijawab Baharman Supri dengan tenang dan diplomatis.
“Partai Golkar partai rasional. Siapapun yang jadi ketua Golkar Palopo nantinya belum tentu otomatis langsung bisa dapat free card dari DPP untuk melenggang di Pilwalkot. Tidak semudah itu, Ferguzo!,” ucapnya.
Ia melanjutkan anak kalimatnya.
“Meskipun engkau nanti jadi ketua Golkar, tetapi (jika) misalnya elektabilitasmu rendah, maka partai yang rasional ini tidak akan mau menunjukmu maju di Pilwalkot. Sebaliknya jika elektabilitasmu lumayan bagus, tetapi kemampuan finansialmu cetek atau pas-pasan akan sulit juga engkau dicalonkan, karena politik butuh ongkos yang tidak sedikit. Jadi harus paduan kedua hal itu!”
Baharman buru-buru menambahkan. “Ongkos politik itu bukan money politics. Keliru besar, misalnya soal isu yang beredar kemarin, ada calon yang dibully karena mempersiapkan duit 30 juta hanya untuk berburu suara Pincam (Pimpinan Kecamatan). Dalam politik itu, ada yang namanya uang operasional. Jika ada calon yang berbaik hati ingin memberikan uang operasional kepada kadernya sendiri, maka jangan terlalu cepat kita bilang itu money politics. Tidak elegan,” sebut Baharman tanpa mau menyebut siapa pihak yang ia maksud.
Tokoh koperasi di kota idaman itu berterus terang jika dalam dunia Parpol di Tanah Air, pameo “tak ada makan siang yang gratis” masih tetap berlaku.
“Jangan maju kalau tidak punya peluru. Partai ini tidak bisa digerakkan jika tanpa peluru. Makanya saya sebut tadi biaya operasional, bukan money politics. Kalau mau memajukan partai tidak cukup dengan modal senyum-senyum saja kepada para kader, tapi kita harus berpikir, bagaimana keuangan partai harus bisa tetap ada dan tidak boleh kering. Karena banyak kebutuhan terutama agar (partai) kita tetap mendapat simpati di kalangan konstituen. Jadi peluru masih tetap hal yang urgent dan penting. Bohong kalau ada politisi yang tidak setuju dengan statement saya ini,” tandasnya.
Kembali ke soal pencalonannya. Mengapa ia begitu Pede (percaya diri) dan yakin bisa bersaing perolehan suara dengan dua “raksasa” lain yang ikut mendaftar?
“Saya katakan, saya ini punya nilai. Saya tidak berpikir pribadi. Yang saya pikirkan kemajuan partai jika saya yang jadi ketua terpilih (nantinya). Saya tidak punya beban sama sekali.”
“Karena jabatan saya hanya anggota DPRD biasa. Sehingga saya bisa fokus membesarkan partai Golkar ke depannya. Lagi pula saya tidak berambisi maju di Pilwalkot. Jika misalnya saya mau maju, tentu elektabilitas saya akan disurvei dulu. Begitupun dengan calon-calon lain.”
“Lebih baik kita bahas tantangan Golkar ke depan, karena kalau di Pileg 2024 perolehan kursi kita menurun, maka otomatis ketika orang bicara Pilwalkot Palopo, maka nilai tawar kita akan ikut turun. Nah bagaimana caranya agar jumlah kursi Golkar tetap aman 5 kursi di Pemilu nanti, tentu kita harus banyak menanam investasi sosial ke tengah masyarakat. Partai lain sudah banyak melakukan. Kita tidak boleh terlambat start.
“Maka saya pertegas, jika terpilih jadi ketua (Golkar), tentu saya harus fight mengamankan seluruh Dapil agar kita tidak tenggelam dan hanya dikenang sebagai partai yang pernah berjaya,” pungkas Drs H. Baharman Supri, MM nama lengkapnya, yang dikenal sebagai orator dan juga motivator bisnis yang punya pengalaman segudang dalam trading, dunia bisnis dan dunia aktivis kampus itu.
(*)