OPINI: Bangga Bisa Jadi Saksi Sejarah 2 Momen Ikonik Maradona di Piala Dunia ’86

297
Lukman Hamarong
ADVERTISEMENT

ENAM PULUH tahun durasi usia seorang mega bintang sepak bola dunia, Diego Armando Maradona. Del Pibe de Oro (Anak Emas), julukan sang mega bintang asal Argentina ini, tutup usia jelang pengujung tahun 2020.

Dia pergi tidak membawa puluhan titel juara, tapi dia pergi dengan meninggalkan warisan sepak bola indah yang tak lekang oleh ruang dan waktu. Dunia berduka, penduduk bumi menangis. Satu dari penduduk bumi yang menangis atas kepergian sang legenda adalah saya, salah satu saksi sejarah epik perjuangan Maradona dalam mengantarkan negaranya, Argentina, menyabet gelar Piala Dunia di Mexico pada 1986. Tak berlebihan jika gelar Piala Dunia 1986 berkat aksi “one man show” Maradona.

ADVERTISEMENT

Saya beruntung lahir di saat Maradona mulai bersinar. Saya beruntung menjadi saksi sejarah dua aksi magic, sekaligus momen ikonik Maradona, di Piala Dunia 1986. Hajatan terakbar empat tahunan di Mexico ini dianggap paling ikonik sepanjang sejarah Piala Dunia. Dan Maradona adalah pencipta dua momen ikonik tersebut yang bikin dunia tercengang dan menangis. Usia saya kala itu baru 7 tahun. Saya masih duduk di bangku kelas 2 SD. Masih bocah memang, tapi soal sepak bola, Maradona menjadi “tersangka utama” kenapa saya begitu menggilai dunia bal-balan. Pagi dini hari, 23 Juni 1986, saya bergegas ke rumah tetangga yang ada di belakang rumah. Tanpa pamit sama orang tua, saya langsung ngacir ke rumah tetangga.

Laga bersejarah Argentina kontra Inggris tercipta di perempat final Piala Dunia Mexico 1986, dan Maradona menjadi alasan kenapa saya begitu nekat begadang dan nyebrang ke rumah tetangga tanpa pamit. Maklum, kala itu, orang tua belum memiliki televisi, sehingga tak ada upaya lain selain numpang menonton sepak bola Piala Dunia 1986 di rumah tetangga. Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Saya pulang ke rumah dengan perasaan gembira kala itu. Meski saya juga harus siap menjadi sasaran marah orang tua yang memang mendidik kami dengan tegas dan disiplin. Argentina menang, dunia pun senang. Pun tak sedikit yang mencibir. Pasalnya, kemenangan Argentina diwarnai kejadian kontroversial.

ADVERTISEMENT

Pelakunya, siapa lagi kalau bukan Diego Armando Maradona. Setelah bermain kacamata di babak pertama, Argentina yang dimotori sang kapten, Maradona, berhasil unggul di awal babak kedua, tepatnya di menit ke-50, melalui gol Maradona. Gol Maradona inilah yang menjadi gol ikonik, sekaligus gol paling kontroversial selama gelaran Piala Dunia berlangsung. Bagaimana tidak, Maradona menyarangkan bola masuk ke gawang melalui bantuan tangannya, yang kemudian dikenal sebagai “Gol Tangan Tuhan” yang sangat melegenda itu. Beruntung bagi dia, wasit Ali Bin Naser sangat jauh dari proses terciptanya gol kontroversial itu. Siaran ulang jelas memperlihatkan bagaimana Maradona mencetak gol melalui tangannya.

Di sinilah letak “kejeniusan” Maradona. Bola yang melayang di udara menjadi rebutan antara Maradona dan kiper Inggris, Peter Shilton. Mengingat posturnya pendek, jelas pertarungan di udara bakal dimenangi Shilton. Benar saja, Shilton melompat lebih tinggi dan akan menjangkau bola. Namun, Maradona tak kehilangan akal, dia menyambut bola menggunakan tangan. “Cerdasnya” Maradona, dia menyamarkan gerakan tangannya seirama dengan ayunan kepala, sehingga seolah-olah dia mencocor bola melalui kepala. Wasit yang jauh dari proses gol tetap bergeming dari aksi protes keras pemain Inggris. Dia tetap mengesahkan gol itu. 1-0 buat Argentina. Gol kedua Maradona yang dicetak 5 menit kemudian tak kalah istimewa. Bahkan gol ini menjadi gol terbaik Piala Dunia karena tercipta melalui proses yang sangat indah.

Dia menari-nari dengan bola dan melewati lima pemain lawan sebelum mencetak gol. Keren habis deh. Pokoknya saat itu, para penonton dibuat “orgasme” usai Maradona memasukkan bola ke lubang gawang. Inggris mencetak gol konsolasi melalui Gary Lineker. Gol kemenangan Argentina ini sekaligus penegas bahwa Argentina memang layak menang. Dan jawaban kelayakan itu adalah raihan trofi Piala Dunia 1986 usai mengandaskan Jerman Barat di final dengan skor 3-2. Dua aksi ikonik Maradona kini hanya tinggal kenangan. Sang pencipta momen ikonik kini telah dipanggil oleh Sang Pencipta sesungguhnya. Sebelumnya, oleh media Argentina, Clarin, Maradona dikabarkan tutup usia karena mengalami serangan jantung usai menjalani operasi otak di salah satu rumah sakit di Argentina.

Selamat Jalan, Sang Legend, warisanmu tetap akan abadi sampai bumi ini berhenti berputar. (LH)

ADVERTISEMENT