Covid-19 Bukan Aib! Ketua RW di Luminda Curhat, Warganya Dapat Perlakuan Diskriminatif, Dituding Seakan-akan Mereka “Pembawa Sial”

1346
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA–Sejak adanya kasus terkonfirmasi pertama di Palopo, yang dinyatakan positif dan kebetulan menginap di rumah tantenya di kelurahan Luminda, kehidupan dan suasana psikologis masyarakat disanapun berubah.

HY, adalah warga Balandai yang kebetulan saja menginap di rumah tantenya sejak pulang dari Makassar 19 April lalu. Sejak ia dinyatakan oleh Gugus Tugas Covid-19 Palopo positif berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan metode PCR dari swab test lendir tenggorokan di BBLK Makassar, sontak seluruh mata publik mengarah ke kawasan di kelurahan Luminda, Wara Utara, khususnya di RT 01/RW 04.

ADVERTISEMENT

Padahal, Covid-19 bukanlah aib sehingga pasien dan keluarganya serta masyarakat sekitarnya tak perlu dikucilkan, tetapi sebaliknya harus disemangati dan disupport agar segera sembuh.

Masgar Mase, Ketua RW 04 di daerah yang membuat heboh satu kota Palopo pada Rabu malam lalu itu (29/4) -secara khusus kepada Koran Seruya menyampaikan uneg-unegnya lewat tulisan yang cukup panjang.

ADVERTISEMENT

Koran Seruya menukil secara lengkap curhatan Ketua RW di kelurahan Luminda itu sebagai berikut:

Masyarakat Luminda yang tadinya menanggapi Covid-19 dengan rileks tapi tetap mengedepankan kewaspadaan, hingga dampak Covid tidak begitu terasa pada kami sebab kami masih bisa tetap beraktifitas seperti biasa walaupun tidak lagi seperti saat sebelum Covid-19 mewabah di tanah air.

Kami tetap berusaha mencari nafkah untuk menghidupi keluarga kami dengan tetap menjalankan imbauan pemerintah terkait pencegahan Covid-19.

Situasi berubah 180 derajat saat adanya pasien yang merupakan warga pendatang di wilayah kami dan terkonfirmasi positif Covid-19 yang mengakibatkan semuanya berantakan.

Kami sepertinya dijustifikasi (cap buruk) oleh sebagian masyarakat kota Palopo, seakan-akan kami pembawa sial (aib) kami semua diisolasi, kami semua mendpatkan perlakuan yang tidak adil.

Warga kami yang kebanyakan pekerja harian semua diberhentikan oleh majikan atau bosnya, Ada yang tukang batu, kuli bangunan, pekerja toko, baby sitter dan lain-lain, semuanya diberhentikan secara sepihak dan semena-mena.

Kediaman dari keluarga/warga yang dinyatakan positif Covid-19 di Luminda disterilkan Petugas dan beragam Relawan sejak Rabu malam hingga Kamis kemarin (30/4). (Foto: Ist)

Ibu-ibu yang tadinya ramai menjual menu buka puasa untuk sekedar bisa menyambung hidup di bulan suci Ramadhan ini khususnya di sepanjang Jalan dr Ratulangi tidak lagi mendapatkan pembeli alias dagangannya tidak laku.

Bahkan karyawan swasta dan PNS tiba-tiba dilarang dulu masuk kerja. Ini baru hari ke-3 sejak pasien tersebut terkonfirmasi positif, bagaimana ke depannya kami tak tahu lagi. Miris memang tapi kami tidak bisa berbuat banyak.

Kami mau menjerit tapi apakah ada yang mau mendengar, apakah ada yang prihatin, bahkan apakah ada yang percaya sementara mereka yang seyogyanya punya wewenang dan kemampuan untuk itu tidak pernah lagi hadir di tengah-tengah kami melihat kondisi kami walau sekedar memberi semangat. Mereka ketakutan, hingga tak pernah ingat akan tanggungjawab sebagai pemimpin, atau ketakutannya telah mengalahkan tanggungjawabnya. Wallahualam.

Kami hanya bisa saling mensupport satu sama lain dengan kemampuan yang masih tersisa. Kami harus tetap tenang dan terus waspada kami tidak boleh down tetap semangat karena sesungguhnya kami bukan warga yang lemah, cengeng atau warga yang mudah putus asa, sambil berharap wabah ini segera berakhir dan bermohon sama Allah sang Khalik agar tetap memberi kami semua kekuatan untuk bisa melewati masa-masa sulit ini. Aamiin Aamiin Aamin.

*) seperti dituturkan Masgar Mase, Ketua RW 04 Kelurahan Luminda

(iys)

catatan redaksi: berhubung adanya gangguan server, beberapa informasi/berita yang telah kami muat mengalami error, sehingga direpost kembali.

ADVERTISEMENT