Hasil Penelitian Badan PBB Unesco dan Tim Peneliti Sulawesi Selatan Menemukan Bahasa Wotu Hampir Punah

125
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM – Tim peneliti dari Balai Bahasa Sulawesi Selatan menyebutkan jika bahasa Wotu, sudah hampir punah atau sangat jarang digunakan.

Hal itu berdasarkan hasil penelitian sejak 2015 sampai 2018 lalu, yang dilakukan Tim Peneliti dari Balai Bahasa Sulawesi Selatan di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT

“Kemudian dilanjutkan lagi tahun lalu dan hasil kajian vitalitas bahwa Bahasa Wotu menuju kepunahan,” beber Tim Peneliti dari Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Nuraidar Agus, dalam acara revitalisasi Bahasa Wotu berbasis komunitas, di Baruga Tanamalilue, Desa Lampenai, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Minggu (24/10/2021).

Bukan hanya oleh peneliti dari Balai Bahasa Sulsel, menurut Nuraidar, Badan PBB Unesco pun mencatat sejumlah bahasa daerah di Indonesia yang hampir punah. Salah satunya Bahasa Wotu.

ADVERTISEMENT

Lebih jauh dijelaskan Nuraidar, situasi ini tidak lepas dari minimnya penutur Bahasa Wotu. Bahkan di lingkungan keluarga Wotu sendiri, bahasa ini jarang bahkan nyaris tidak pernah digunakan lagi.

“Hasil penelitian kami mencatat bahwa penutur Bahasa Wotu saat ini tidak sampai 100 orang. Mereka ini yang masih menggunakan Bahasa Wotu sepanjang aktivitas kesehariannya. Inilah mengapa Bahasa Wotu disebut kritis hampir punah dan harus direvitalisasi,” jelasnya.

Untuk itu, Tim Peneliti dari Balai Bahasa Sulsel merekomendasikan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk merumuskan formula sehingga Bahasa Wotu tetap bisa diwariskan kepada generasi muda, terutama kalangan anak-anak.

“Dari pelatihan yang kami adakan selama lima hari lalu, pesertanya 25 anak, ternyata mereka sangat antusias mempelajari Bahasa Wotu,” tuturnya.

Sementara itu Ketua Panitia Revitalisasi Bahasa Wotu yang juga pemangku adat Kemacoaan Bawalipu, Sumardi Noppo mengapresiasi keterlibatan peneliti dari Balai Bahasa Sulsel untuk melestarikan Bahasa Wotu.

“Kami juga berharap perhatian dari Pemkab Lutim lebih besar lagi dalam pelestarian adat dan Bahasa Wotu. Sebisa mungkin setiap tahun ada anggarannya dari pemerintah,” ujar Sumardi.

Sebagai respon pemerintah, Bupati Luwu Timur, Budiman ikut prihatin dengan kondisi yang dipaparkan peneliti.

Namun Ia optimis, Bahasa Wotu tidak akan punah. Bersama para tokoh adat dan tokoh masyarakat, Pemkab Lutim akan berupaya semaksimal mungkin untuk melestarikan Bahasa Wotu.

“Harus ada gerakan penyelamatan Bahasa Wotu. Kalau perlu ada kawasan khusus wajib berbahasa Wotu dan ada hari yang ditetapkan, di mana semua warga Wotu harus menggunakan Bahasa Wotu. Kalau ada tamu dari luar, ya pakai penerjemah,” kata Budiman dalam sambutannya. (Rah).

ADVERTISEMENT