WAJO–Sang ibu merasa kaget dan shock. Anak lelakinya, Bayu (19), ditemukan sudah tak bernyawa lagi di kamarnya, Jumat (21/5) kemarin.
Sang ibu hendak membangunkan putranya itu untuk salat Jumat.
Namun tak disangka, Bayu dalam kondisi lemas tak berdaya. Telinga dan hidungnya berdarah dengan headset atau earphone di telinga yang sementara tersambung di ponsel yang diisi daya alias sedang di-charge.
Kejadian ini di Kelurahan Baru Tancung, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, sontak membuat warga setempat jadi gempar.
Kondisinya sangat mengenaskan, dengan darah keluar dari telinga dan hidungnya.
Peristiwa ini dibenarkan oleh Kapolres Wajo, AKBP Muhammad Islam Amrullah.
“Benar, kejadiannya tadi siang. Ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya,” katanya, melansir Tribunnews.
“Pada saat itu, ibu korban hendak membangunkan anaknya untuk salat Jumat namun korban ditemukan tengkurap dan sudah tak bernyawa,” jelas Kapolres.
Bayu adalah putra Danramil Tanasitolo yang bertugas di Kodim 1406/Wajo.
Sayangnya, polisi enggan berspekulasi lebih lanjut terkait penyebab kematian Bayu tersebut.
“Hasil pemeriksaan medis silakan konfirmasi ke dokter Puskesmas Tanasitolo,” kata mantan Wakapolres Minahasa Selatan itu.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Puskesmas, dr M Junaid menyebutkan, korban diduga meninggal akibat tegangan listrik yang teraliri melalu pengisi daya ponsel ke earphone yang terpasang di telinga.
“Waktu diperiksa tak ada tanda-tanda kalau tersetrum listrik,” katanya.
Meski demikian, asumsi dr M Junaid terkait penyebab kematian korban lantaran adanya earphone yang terpasang di telinga saat pertama ditemukan ada bercak darah.
“Tapi di headset (earphone) itu ada darah ditemukan, kan keluar dari dari telinga dan hidung,” katanya.
Selain darah yang mengalir dari telinga dan hidung, juga ditemukan sejumlah lebam yang biasa ditemukan pada mayat.
“Diperkirakan meninggal sudah lebih dari 5 jam yang lalu,” katanya.
Jenazah korban di rumah dinas itupun siap untuk diberangkatkan ke Sulawesi Tenggara untuk dimakamkan. (*)
Diam-diam, RI Impor Senjata dari Israel Juga!
Indonesia tercatat pernah mengimpor senjata dari Israel.
Setidaknya hal tersebut dilakukan pada tahun 2020. Indonesia juga telah menjalin hubungan dagang cukup lama dengan negara yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu tersebut.
Selain senjata, Indonesia juga mengimpor beberapa produk lainnya.
Meski begitu, neraca perdagangan Indonesia terhadap Israel surplus.
Begini fakta-faktanya:
1. Nilainya Rp 19 M
Mengenai barangnya, Indonesia mengimpor cukup banyak dari Israel salah satunya adalah senjata yang senilai US$ 1,32 juta atau Rp 19,1 miliar (kurs Rp 14.500) pada tahun 2020. Secara volume, senjata impor asal Israel ini mencapai 2,67 ton. Adapun senjata yang diimpor ini ada beberapa macam sesuai dengan kode Harmonized System (HS).
Kode HS 93011000, berupa senjata artileri seperti senapan, mortir, dan meriam howitzer. Nilai impornya mencapai US$ 1,28 juta. Kode HS 93051000 berupa suku cadang dan aksesori revolver serta pistol. Nilai impornya mencapai US$ 3.756.
Selanjutnya, ada kode HS 93059999 berupa suku cadang dan aksesori revolver serta pistol heading 9302 dari kulit/tekstil lainnya. Nilai impornya mencapai US$ 41.091.
2. Produk Lainnya
Selain senjata, Indonesia tercatat mengekspor banyak produk ke Israel. Indonesia banyak mengekspor pakan babi pada tahun 2020, nilainya mencapai US$ 11,01 juta.
Jika dilihat lebih detail lagi, angka ekspor pakan babi ke Israel ini meningkat 103% dibandingkan tahun 2019 yang nilainya sebesar US$ 5,4 juta.
Sementara nilai ekspor pakan babi ke Israel pada kuartal I-2021, BPS mencatat nilainya US$ 1,04 juta. Selain itu, produk lain yang ekspor adalah mentega coklat nilainya US$ 10,29 juta atau melambat dibandingkan tahun 2019 yang sebesar US$ 12,92 juta dan pada tiga bulan pertama di tahun 2021 senilai US$ 2,28 juta.
Ada pula beberapa produk yang diekspor lainnya antara lain serat stapel dengan nilai US$ 9,02 juta pada tahun 2020 dan US$ 7,59 juta pada tahun 2019. Sementara kuartal I-2021 senilai US$ 2,22 juta. Lalu ada karet alam senilai US$ 5,51 juta di 2019, dan angkanya turun di tahun 2020 menjadi US$ 5,26 juta. Sementara di kuartal I-2021 baru sebesar US$ 1,28 juta.
Indonesia juga mengekspor mentega putih atau shortening senilai US$ 3,75 juta di tahun 2019, angka tersebut turun di tahun 2020 menjadi US$ 2,91 juta. Pada kuartal I-2021 baru mencapai US$ 595.768. Selanjutnya ada minyak sawit olahan senilai US$ 5,15 juta pada tahun 2019, angkanya menurun menjadi US$ 4,95 juta di tahun 2020, dan pada kuartal I-2021 baru mencapai US$ 669.374.
3. Masih Surplus
Berdasarkan data BPS yang diterima detikcom, Jumat (21/5/2021), neraca perdagangan Indonesia dengan Israel surplus sebesar US$ 284,91 juta. Pada periode tersebut, total ekspor Indonesia ke Israel mencapai US$ 630,36 juta.
Rinciannya, tahun 2016 sebesar US$ 103,15 juta. Selanjutnya tahun 2017 tercatat sebesar US$ 125,99 juta, tahun 2018 sebesar US$ 123,04 juta, tahun 2019 sebesar US$ 120,63 juta, dan tahun 2020 US$ 157,52 juta.
(*)