Keseharian masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, tidak bisa dipisahkan dengan hewan ternak kerbau. Hewan ini sangat penting dalam kehidupan sosial budaya Toraja.
Kerbau yang dalam bahasa Toraja disebut Tedong sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Toraja, seperti aspek Adat Istiadat dan Budaya, aspek Ekonomi dan Sosial, serta aspek Pertanian dan Peternakan.
Pada aspek adat istiadat dan budaya, Kerbau berperan penting dalam penyelenggaraan ritual adat masyarakat Toraja, khususnya Upacara Kematian atau oleh masyarakat Toraja disebut Rambu Solo.
Rambu solo memiliki banyak rangkaian acara yang cukup panjang dan tidak terlepas dari simbol hewan yang sangat penting yaitu kerbau. Makna kerbau di dalam Rambu Solo adalah melambangkan kekuatan untuk tunggangan arwah orang yang meninggal menuju Puya atau alam baka.
Ketika Rambu Solo diadakan dan semakin banyak kerbau yang dipotong, maka semakin baik kehidupan sang mendiang di alam baka. Pemotongan Kerbau dalam Rambu Solo disebut juga Mantunu Tedong. Kerbau yang telah dipotong dalam Rambu Solo akan dibagikan oleh keluarga yang mengadakan Rambu Solo kepada tokoh adat dan masyarakat yang hadir dalam ritual adat tersebut.
Tanduk kerbau yang telah dipotong, disusun didepan rumah adat masyarakat Toraja (Tongkonan) mulai dari bawah yang panjang tanduknya sampai keatas yang menandakan jumlah kerbau yang dipotong pada upacara rambu solo di Tongkonan tersebut. Salah satu rangkaian acara Rambu Solo yang juga melibatkan kerbau adalah Mapasilaga Tedong atau lebih dikenal dengan istilah Tedong Silaga.
Tradisi ini berupa adu kerbau yang dilakukan di lapangan terbuka dan ditonton oleh masyarakat yang hadir dalam acara Rambu Solo. Mapasilaga Tedong diadakan dengan maksud untuk menghibur keluarga yang sedang berduka.
Kerbau yang ada di Toraja memiliki ciri khas yang berbeda dengan kerbau yang lain, seperti pada warna kulitnya, warna dan bentuk tanduknya, corak yang terletak di tubuh, dan bentuk tubuh kerbau. Berdasarkan kelasnya, kerbau di Toraja terdiri dari Tedong Balian, Tedong Saleko, Tedong Bonga, Tedong Sori’, Tedong Pudu’, Tedong Todi’, dan Tedong Sambao’.
Hal-hal tersebut juga mempengaruhi harga kerbau yang ada di Toraja. Harga Kerbau di Toraja pada umumnya bernilai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Hal ini membuat kerbau didalam masyarakat Toraja menandakan tingkat kekayaan dan kemakmuran sebagai status sosial pemilik kerbau di mata masyarakat Toraja.
Harga kerbau yang “cukup mahal” juga membuat perawatan kerbau di Toraja dilakukan dengan maksimal untuk menjaga kualitas dan kuantitas kerbau yang ada di Toraja agar tetap baik sehingga kelestarian Tedong Toraja tetap terjaga dan kebutuhan masyarakat Toraja tetap terpenuhi.
Asupan makanan kerbau, yaitu rumput segar dan vitamin hewan serta kebersihan kerbau dan kandangnya terus dijaga. Pemeriksaan kesehatan kerbau juga secara berkala dilakukan melalui pemeriksan kesehatan oleh dokter hewan atau mantri.
Walaupun harga kerbau dan biaya perawatan kerbau membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun tingkat kebutuhan masyarakat Toraja akan kerbau relatif tinggi dan stabil. Potensi ini yang dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat Toraja untuk menjalankan bisnis jual-beli kerbau.
Hal ini pun memberi dampak positif terhadap segi perekonomian lainnya, seperti penjualan makanan kerbau, penggunaan jasa layanan pemeriksaan kesehatan hewan serta pembukaan lapangan pekerjaan sebagai gembala kerbau. Hal-hal tersebut menjadi pendukung roda perekonomian di Toraja terus berkembang hingga saat ini.
Sistem pemeliharaan kerbau di Toraja adalah dengan cara dikandangkan dan digembalakan secara tradisional, seperti pada saat dimandikan, kerbau biasanya dibawa ke sungai. Salah satu pemanfaatan kerbau di toraja dalam bidang pertanian yaitu pengolahan kotoran kerbau menjadi pupuk kandang. Kerbau juga digunakan untuk membantu mengolah dan menyuburkan tanah persawahan masyarakat Toraja.
Kerbau sangat dimanfaatkan di Toraja sebagai pembajak sawah. Beternak kerbau juga menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Toraja yang sangat menjanjikan mengingat harga jual kerbau yang tinggi. Tempat penjualan kerbau di Toraja biasa disebut Pasar Bolu.
Pasar Bolu adalah satu-satunya pasar Tedong yang ada di Sulawesi Selatan. Pasar Bolu memiliki hari tertentu untuk penjualan kerbau yaitu hari selasa dan sabtu.
Tedong Toraja merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Toraja yang perlu dilestarikan dan dijaga, karena hewan tersebut memiliki nilai filosofi dan arti penting bagi masyarakat toraja dan memberi banyak manfaat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Toraja.
Penulis :
Nama : Eugenia Larissa Bakti Pangala
Tempat, tanggal lahir : Palopo, 23 Desember 2000
Alamat : Jl. Tandi Pau No.10 Palopo
Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Bioteknologi UKDW Yogyakarta