Kisah Pilu Kristina Sampe Tonapa dan Dua Rekannya Diperlakukan Seperti Binatang Saat Insiden Kiwirok, KKB Telanjangi dan Dorong Masuk Jurang

4142
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM–Teroris Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sangat kejam dan keji. Tidak hanya membakar dan merusak Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, mereka juga ternyata memperlakukan tiga suster yang jadi korban bak binatang. Mereka ditelanjangi, pahanya ditikam benda tajam, lalu (maaf) alat kemaluannya ditikam dengan benda tajam.

Kesaksian tindakan keji KKB itu disampaikan Marselinus O. Atanila, salah satu tenaga kesehatan (Nakes) atau Mantri yang selamat dari penyerangan teroris KKB, saat Puskesmas Kiwirok dibakar KKB, Senin (13/9/2021) lalu.

ADVERTISEMENT

“Tiga suster, yakni Suster Kris (Kristina Sampe Tonapa), Gabriela Melan, dan Anti diperlakukan seperti binatang. Mereka ditelanjangi dengan cara merobek pakaiannya dengan  parang, kemudian ditikam di pahanya, juga (maaf) alat kemaluannya ditikam,” ujar Marselinus di Jayapura, Jumat (17/9/2021).

Di depan wartawan dan petugas keamanan saat tiba di Jayapura, Marselinus menyampaikan kesaksiannya didampingi nakes korban lainnya. Saat menyampaikan kesaksiannya, ketika menyaksikan penyiksaan terhadap tiga suster rekannya, Marselinus terisak.

ADVERTISEMENT

“Mereka menelanjangi tiga suster secara tidak sopan memakai parang. Paha mereka ditikam, muka mereka ditonjok, maaf, mereka juga menikam alat kemaluan korban. Mereka menganiaya suster dan mengira sudah meninggal, maka didorong masuk jurang,” ujarnya.

Marselinus yang akrab disapa Paman Ola, mengawali kesaksiannya dengan menceritakan awal kronologis penyerangan tempat mereka bekerja, pada Rabu (13/9/2021) pagi. Waktu itu, kata dia, sekitar pukul 07.00 WIT, mereka mendapat informasi dari masyarakat bahwa akan terjadi penyerangan dari KKB berhadapan dengan pihak TNI–Polri.


Marselinus O. Atanila (memakai topi) saat membagikan cerita penyerangan nakes di Kiwirok Papua. (Dok Pendam Cenderawasih)

Namun, dirinya bersama rekan-rekan yang lain diminta untuk bisa membackup apabila terjadi penyerangan terhadap TNI -Polri oleh KKB. Apabila dalam penyerangan tersebut ada korban maka tenaga kesehatan bisa mengantisipasi.

Kata Marselinus, bunyi letusan tembakan pertama kali di atas pos Pamtas sekitar pukul 09.00 WIT, setelah itu semua berbanding terbalik, tadinya mereka (Nakes) berpikir bahwa tetap tenang dan diam di dalam rumah, namun selang bebarap menit kemudian, KKB mulai menghancurkan Puskesmas dengan memukul kaca dan menyiram bensin, lalu membakar puskesmas.

Tak puas, jelas Marselinus, pada pukul 09.07 WIT, KKB bergeser menuju ke barak dokter yang terletak dekat Puskesmas. Dalam barak itu ada lima orang Nakes.
“KKB melakukan penyerangan yang sama memukul kaca kaca jendela kemudian menyiram bensin di sekeliling barak dokter itu kemudian dilakukan pembakaran,” jelasnya.

KKB semakin membrutal dengan memaksa masuk dalam barak dokter dan menyerang petugas sehingga para dokter memilih untuk keluar dari barak secara berhamburan.

Aksi brutal berlanjut, pada pukul 09.11 WIT, KKB menuju barak yang terdapat Marselinus bersama lima rekan lainnya termasuk almarhum suster Gabriella Meilan.

Saat barak sudah terbakar, dirinya mengambil keputusan untuk memilih mengurung teman suster di dalam kamar mandi (WC).

“Tetapi sekitar pukul 09.20 WIT keadaan bangunan sudah tidak tidak aman karena mulai runtuh, sehingga saya memilih untuk mengajak ketiga suster keluar dari barak medis,” ujarnya.

Ketika hendak berlari menuju belakang barak medis, kelompok kriminal bersenjata itu telah berada di lokasi tersebut, sehingga Marselinus bersama rekannya memilih menyembunyikan diri ke rumah warga yang dekat dari barak medis.

Tetapi, ulah KKB yang hendak membakar rumah, Marselinus memilih untuk mengamankan ketiga temannya di WC yang berada di perumahan warga tersebut.

Mereka (Nakes) berada di kamar WC sekitar 30 menit, namun KKB semakin menggencarkan aksinya, sehingga dirinya bersama ketiga suster memberanikan diri melompat ke jurang tepat di belakang rumah warga sekitar 500 meter kedalamannya dengan sudut 90 derajat.

“Tanpa berpikir panjang saya bertanya kepada ketiga suster itu bagaimana kita harus mengamankan diri, mereka menjawab kita lompat saja akhirnya saya lompat pertama dan diiukuti oleh ketiga sester itu,” jelasnya.

Dirinya berpikir, bahwa setelah melompat ke jurang sudah selamat dari kejaran KKB, namun tetap diikuti oleh kelompok bersenjata tersebut.

“KKB terus ikut mengikuti kami kemudian mendapat ketiga teman suster saya, saya karena sembunyi di antara tebing dan akar pohon,” ungkapnya.

KKB mulai menganiaya tiga teman saya secara tidak manusiawi,” tambahnya.

Ketiga, suster tersebut dianiaya oleh KKB dan dibuang ke jurang, namun kedua suster masih selamat sedangkan Gabriella meninggal di tempat.

“Suster Ella (almarhum) ditemukan tidak bernyawa dua hari lalu sekitar pukul 17. 30 WIT,” tuturnya.

Marselinus sendiri, berhasil keluar dari tempat persembunyian sekitar pukul 17.00 wit kemudian menuju rumah warga di belakang Koramil.

ADVERTISEMENT