Tanggap Darurat Banjir Bandang Lutra 1 Bulan, Indah: 20.402 Jiwa Mengungsi di 39 Titik

256
Salah satu bayi ikut mengungsi bersama keluarganya pascabanjir bandang Lutra di Masamba
ADVERTISEMENT

MASAMBA–Pemerintah Pusat akhirnya turun tangan menangani banjir bandang yang menerjang Kabupaten Luwu Utara (Lutra) di 6 kecamatan. Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mochamad Basoeki Hadimoeljono meninjau lokasi banjir bandang di Luwu Utara. Kemarin, Kamis (16/7/2020), Mochamad Basuki Hadimoeljono telah mengunjungi wilayah Masamba.

Tak hanya itu, Menteri Sosial, Juliari P Batubara, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengunjungi Masamba dan sejumah wilayah terdampak banjir bandang di Lutra, Jumat (17/7/2020), hari ini.

ADVERTISEMENT

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Mochamad Basoeki Hadimoeljono saat meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir bandang di Masamba. Salah satu yang ditinjau, yakni Jembatan Sungai Masamba di Kecamatan Masamba. Beberapa kawasan permukiman yang luluh lantak diterjang banjir ikut dipantau Basuki.

Saat berada di Jembatan Masamba, Basuki meminta Bupati Lutra, Indah Putri Indriani agar memperhatikan permukiman warga yang berada di bantaran Sungai Masamba. Sebab, katanya, sungai mengalami pendangkalan akibat tumpukan sedimen pasca banjir bandang, sehingga air akan semakin gampang meluap apabila turun hujan.

ADVERTISEMENT

Basuki juga menduga banjir bandang Lutra terjadi akibat longsor pada hulu sungai. “Sedimen bukan lumpur, tapi pasir padat. Berarti ada sesuatu di hulu, kecurigaan saya mungkin ada yang longsor di hulu,” tuturnya.

Dugaan lain, di hulu sungai terjadi longsoran dan membentuk bendungan alam. “Nggak kuat, jebol, bandang. Tapi kalau lihat material pasir segar, curiga saya ada yang longsor. Kita mau drone dulu,” katanya.

Bupati Lutra, Indah Putri Indriani menjelaskan, penanganan pascabanjir bandang di Lutra membutuhkan waktu lama. Sehingga katanya, tanggap darurat bencana alam ini akan berlangsung selama satu bulan.

“Selain mencari korban banjir, kita juga fokus penanganan ribuan warga yang berada di berbagai lokasi pengungsian. Ini menjadi perhatian serius pemerintah selama tanggap darurat satu bulan,” kata Indah.

Saat ini, beber Indah, sekitar 603 kepala keluarga, atau sebanyak 20.402 Jiwa yang mengungsi di 39 titik. Kebutuhan toilet portabel untuk pengungsi juga mendesak, sebab saat ini air bersih susah didapatkan.

Indah menyebut, ada titik pengungsian yang berada di pegunungan sehingga hanya bisa diakses kendaraan roda dua untuk mengantar logistik. “Yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat itu adalah sanitasi portabel. Kenapa ini penting, karena saat ini semua infrasruktur rusak termasuk sanitasi, karena itu sanitasi menjadi penting. Kemudian alat isap untuk air, karena kebutuhan air bersih sangat kita butuhkan. Kemudian tempat penampungan air bersih, tandon,” kata Indah.

Dikatakan Indah, hingga Kamis kemarin, jalur Trans Sulawesi menuju Kota Masamba belum berhasil dibuka karena masih tertutup material banjir. “Hari ini (kemarin), fokus kita adalah bagaimana membuka askes yang masih tertutup menuju Masamba, terutama akses jalan nasional, ini kan urat nadi lalu lintas dan perekonomian. Dan terutama digunakan untuk mendistribusikan logistik ke wilayah pengungsian yang ada di Luwu Utara,” kata Indah.

Hal senada disampaikan Kepala BPBD Lutra, Muslim Muktar. Menurut dia, Pemkab Lutra bersama berbagai pihak terkait, termasuk relawan, fokus juga membersihkan lumpur dan material yang terbawa banjir bandang di Kota Masamba dan sekitarnya, yang terjadi pada Senin (13/7/2020) malam lalu. Pemkab membutuhkan banyak bantuan alat berat.

“Di sini banyak alat berat, tapi yang kita butukan alat berat (jenis) PC 100 yang bisa mendorong material-material untuk kemudian diangkat ke dalam truk dan dibawa ke tempat yang telah ditentukan,” ujar Muslim di Masamba, Kamis (16/7/2020).

Muslim mengungkapkan, hingga saat ini kondisi di Kota Masamba dan sekitarnya belum pulih akibat banjir bandang. Selain sejumlah ruas jalan dan fasilitas umum masih tertutup material lumpur, listrik PLN juga belum stabil. “Kita sering mati lampu, maka kita butuhkan lampu portabel (untuk pengungsi),” tuturnya. (*/tari)

ADVERTISEMENT