USA Today, 52 Orang Ditangkap Terkait Serbuan Massa Trump ke Gedung Capitol, 1 Tewas

125
Supporters of U.S. President Donald Trump gather in front of the U.S. Capitol Building in Washington, U.S., January 6, 2021. REUTERS/Leah Millis
ADVERTISEMENT

USA–Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru memberi tahu para pendukung untuk pulang setelah korban jatuh saat kerusuhan di Gedung Capitol, pada Rabu (6/1).

Pada saat yang sama ketika memberi tahu para pendukungnya untuk pulang, Trump malah mengulangi tuduhannya yang menghasut bahwa pemilu 3 November yang dimenangkan oleh Demokrat Joe Biden “dicuri”.

ADVERTISEMENT

“Saya tahu rasa sakit Anda. Kita memiliki pemilu yang dicuri,” kata Trump dalam video satu menit di Twitter.

“Tapi Anda harus pulang sekarang. Kita harus memiliki perdamaian. Kita harus memiliki hukum dan ketertiban,” bujuknya.

ADVERTISEMENT

Pendukung Trump menyerbu Capitol AS setelah menggelar aksi rapat umum di dekatnya. Mereka ingin mengganggu sesi gabungan Kongres yang diadakan untuk mengonfirmasi kemenangan Biden.

Pendukung Trump, mengibarkan bendera birunya dan mengenakan topi kampanye merahnya, menyerbu gedung, langsung menuju ruang debat.

Biden telah meminta Trump untuk tampil di televisi nasional untuk menuntut “diakhirinya pengepungan ini”, dan mendesak massa untuk “mundur dan membiarkan pekerjaan demokrasi untuk terus berjalan”.

Petugas memerintahkan orang-orang di ruangan itu untuk turun ke lantai demi keselamatan mereka. Ratusan anggota DPR, staf dan pers dievakuasi ke lokasi yang dirahasiakan dan diperintahkan untuk tidak pergi.

Pejabat pemilu dari kedua partai dan pengamat independen mengatakan tidak ada kecurangan yang signifikan dalam kontes 3 November, yang dimenangkan Biden dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilihan umum nasional.

52 Orang Ditangkap Terkait Serbuan Massa Trump ke Gedung Capitol

Kepolisian Washington DC di Amerika Serikat telah menangkap puluhan orang terkait aksi kekerasan di Gedung Capitol yang didalangi oleh para pendukung Presiden Donald Trump yang memprotes hasil pilpres AS 2020.

Beberapa orang yang ditangkap kedapatan membawa senjata api tanpa izin.

Seperti dilansir CNN, Kamis (7/1/2021), Kepala Kepolisian Metropolitan Washington DC, Robert Contee, dalam konferensi pers mengumumkan ada 52 orang yang ditangkap terkait aksi penyerbuan Gedung Capitol AS, yang diwarnai aksi perusakan dan bentrokan sengit dengan polisi yang berjaga.

Disebutkan Contee bahwa 26 orang di antaranya ditangkap di dalam kompleks Gedung Capitol AS.

Penyerbuan Gedung Capitol oleh massa pro-Trump terjadi pada Rabu (6/1) waktu setempat, saat Kongres AS tengah menggelar sidang untuk mengesahkan hasil voting Electoral College yang memenangkan Presiden terpilih AS, Joe Biden, dalam pilpres AS 2020.

Trump hingga kini menolak mengakui kekalahannya dan bersikeras menuduh adanya kecurangan pilpres. Tuduhan-tuduhan yang tanpa dasar yang terus dilontarkan Trump itu dinilai telah mengobarkan kekerasan yang berujung penyerbuan Gedung Capitol AS ini.

Dalam konferensi pers, Contee menjelaskan bahwa 47 orang di antaranya ditangkap terkait pelanggaran jam malam yang diterapkan di Washington DC dan terkait tindakan masuk tanpa izin atau penyusupan.

Empat orang di antaranya, sebut Contee, ditangkap karena kedapatan membawa pistol tanpa izin. Satu orang lainnya ditangkap karena membawa senjata yang dilarang — tidak disebut lebih lanjut senjata yang dimaksud.

Secara terpisah, otoritas Washington DC juga mengumumkan temuan dua buah bom pipa, dengan masing-masing ada di markas Komisi Nasional Partai Demokrat (DNC) dan markas Komisi Nasional Partai Republik (RNC), yang berjarak hanya beberapa blok dari Gedung Capitol AS.

Sebuah pendingin dari kendaraan dan sebuah senapan laras panjang disertai beberapa bom molotov juga ditemukan di halaman Gedung Capitol AS.

Ternyata Pendukung Trump yang Tewas di Capitol Veteran Angkatan Udara

Seorang wanita pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang di Capitol Hill, Washington D.C, pernah bertugas di Angkatan Udara AS.

Dikutip dari AFP, Kamis (7/1), pendukung yang tewas ini bernama Ashli Babbit dan telah pensiun dari Angkatan Udara selama 14 tahun. Ia disebut sangat mendukung Trump.

“Wanita itu adalah Ashli Babbit, seorang veteran 14 tahun yang melayani empat tur dengan Angkatan Udara AS,” seperti dilaporkan stasiun televisi San Diego KUSI, mengutip suami wanita tersebut.

Sementara kepolisian Washington telah mengonfirmasi kematian wanita tersebut meski tak merinci situasi penembakan yang saat ini masih diselidiki.

Babbit dilaporkan ditembak di tengah kekacauan dan kekerasan di dalam gedung Capitol ketika aparat kepolisian mulai mengacungkan senjata saat massa mendekat.

“Dia meninggal tak lama setelah terluka,” kata polisi Washington tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Saluran TV Fox 5 melaporkan, Babbit memiliki bisnis di San Diego bersama suaminya yang tak ikut ke Washington.

“Saya benar-benar tidak tahu mengapa dia memutuskan melakukan ini,” kata ibu mertuanya kepada Fox 5.

Babbitt mengidentifikasi dirinya sebagai seorang veteran di akun Twitter-nya dan menuliskan kecintaannya pada AS. Dia baru-baru ini me-retweet pesan mendukung Trump dan dari mereka yang datang ke Washington pada Rabu (6/1) ini.

“Tidak ada yang akan menghentikan kami mereka dapat mencoba dan mencoba dan mencoba tetapi badai ada di sini dan turun ke DC dalam waktu kurang dari 24 jam gelap ke terang!” tulisnya dalam cuitan di akun Twitter pada hari Selasa.

(*)

ADVERTISEMENT