Mengenang H Busyaeri, 40 Tahun Kumandangkan Adzan di Masjid Agung Luwu Palopo

267
ADVERTISEMENT

PALOPO – Salam terakhir diucapkan Imam masjid. Tanda sholat Isya malam itu selesai. Beberapa Jamaah ada yang dzikir. Ada yang langsung doa. Tak sedikit pula yang melanjutkan ibadah dengan sholat sunnah rawatib.

Di sudut masjid, duduk dengan khsyuk sambil mengadahkan tangan ke atas. Pemuda 30an itu sangat serius berkomunikasi dengan Tuhannya.

ADVERTISEMENT

Ada doa yang dia ucapkan dengan sangat ikhlas, dengan harapan Sang Penguasa Alam mengabulkan doanya. Tak lupa dia tutup doanya dengan amiinn.

Bergegas dia meninggalkan masjid usai ibadahnya kepada Tuhan selesai. Dalam pikirannya, segera pulang untuk menyambut tamu yang datang ke rumahnya.

ADVERTISEMENT

Pemuda itu ialah Syukur Ahmad Busyaeri. Karib disapa Hajir. Dia putera dari Muadzin Imam Masjid Agung Luwu Palopo, H. Busyaeri Daeng Lolo.

Sang ayah baru beberapa hari lalu meninggal dunia di salah satu Rumah Sakit di Palopo akibat sakit yang almarhum derita.

Malam itu, adalah hari ketiga kepergian sang ayahanda. Untuk mendoakan almarhum, Hajir bersama keluarganya mengadakan Takziah malam ketiga.

Satu per satu tamu datang menghadiri takziah malam ketiga almarhum. Sangat sederhana acara malam itu. Sangat jauh berbeda saat pejabat, orang berduit, dan tokoh terkenal lainnya mangkat.

Padahal, H. Busyaeri Daeng Lolo adalah muadzin terlama Masjid Agung Luwu Palopo yakni 40 tahun. Bahkan almarhum masih tercatat sebagai Muadzin Masjid Agung Luwu Palopo hingga akhir hayatnya.

Bila dibandingkan dengan jasanya mengumandangkan adzan, mengajak orang sholat selama 40 tahun, sangat tidak sesuai dengan acara malam itu.

Para undangan yang hadir juga sebagian besar masyarakat biasa, rekan almarhum, tetangga, kolega dan kerabat keluarga almarhum.

Tak ada orang satu, dua hingga nomor kesekian di Kota itu yang hadir. Sungguh miris penghargaan yang diberikan kepada muadzin yang 40 tahun mengumandangkan adzan. Meski begitu, keluarga almarhum tak mempermasalahkan ada tidaknya pejabat yang hadir.

Hajir hanya berharap doa tulus dari undangan yang hadir untuk mendoakan almarhum. “Alhamdulillah masih banyak yang mau mendoakan hajiku, terimakasih untuk semuanya,” kata Hajir.

H. Busyaeri pertama kali jadi muadzin di Masjid Agung Luwu Palopo pada 4 Juni 1983. Suaranya yang khas dan merdu membuat Bupati Luwu saat itu, H Abdullah Suara kepincut.

Dia ditunjuk langsung H. Abdullah Suara sebagai Muadzin untuk mengumandangkan adzan di Masjid terbesar di Tana Luwu kala itu.

Selama menjalani tugasnya, ayah delapan anak itu tak pernah mengeluh. Dengan penuh disiplin, dia selalu mengumandangkan adzan untuk mengajak masyarakat sholat lima waktu.

Suara khasnya juga sering didengar masyarakat bila melaksanakan sholat ied di Masjid Agung Luwu Palopo.

Sejak 1983 hingga Idul Fitri 2023, pria asal Malili, Luwu Timur itu selalu membawakan tata cara sholat Idul Fitri dan Idul Adha.

Bahkan, saat dirinya diserang stroke tahun 2015 silam, H. Busyaeri tetap jadi pilihan utama membacakan tata cara sholat Ied. Selamat jalan sang Muadzin. Lantunan Adzanmu akan selalu dirindukan. (Dzul)

ADVERTISEMENT