Rakor Kajian Banjir Luwu Utara, Wagub Sulsel: Jangan Main-Main dengan Hutan!

511
ADVERTISEMENT

MAKASSAR–Rapat Koordinasi Diseminasi Kajian Banjir DAS Baliase Dan Kolaborasi Penanganan di Provinsi Sulsel digelar di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulsel, Jumat 24 Juli 2020.

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi Maluku dalam analisanya menyampaikan bahwa Banjir Bandang di Luwu Utara diawali oleh longsor.

ADVERTISEMENT

“Kejadian awal longsor di Luwu Utara di awali dengan tanah longsor khususnya di hulu DAS Baliase,” ungkap Dr. Ir. Darhamsyah, M.Si, Kepala P3E Sulawesi Maluku.

Faktor utama terjadinya longsor di beberapa titik diduga karena tingginya aktivitas pelapukan serta tingginya curah hujan.

ADVERTISEMENT

Lanjutnya, solusi yang diberikan kemudian adalah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (RPSDALH) terkait mitigasi banjir dan longsor berbasis Ekoregion pada DAS Baliase.

“Kita merencanakan pembuatan Gully plug sebanyak 245 unit dan pembuatan bibit Desa (kebun bibit desa) sebanyak 7 unit di wilayah DAS Baliase,” lanjutnya

Sementara itu, Tim Kajian Banjir Pemprov Sulsel yang diketuai Syamsu Rijal mengungkap beberapa rekomendasi.

“Rekomendasi dari Kajian banjir salah satunya pembukaan lahan (clear cutting) oleh masyarakat menggunakan sistem rotasi, pengendalian pola tanam masyarakat pada areal APL (non kawasan Hutan), Peningkatan pengawasan dan pengamanan pada kawasan hutan,” jelasnya.

Wagub Andi Sudirman Sulaiman yang turut hadir dalam Rakor tersebut diawal sambutannya memperlihatkan video yang diambil dari udara di beberapa titik hutan wilayah atas Maipi.

Bagi Wagub Andi Sudirman Sulaiman, ada keseimbangan yang tidak terjadi dan kita harus membuat terobosan bersama.

“Kita harus sadari bersama bahwa pembukaan lahan, perambahan hutan termasuk bentuk secara keilmuan mengganggu keseimbangan, curah hujan, penyimpangan cadangan air dll. Kita lihat di hilir sungai kayu ada banyak juga bekas potongan mesin karena rapi. Citra satelit di Google Earth juga terlihat ada alih fungsi lahan dari tahun ke tahun. Luwu Utara sensitif terhadap perubahan keseimbangan yang mudah berujung bencana. Kita harus bijak dalam kebijakan. Anyway kita tunggu kajian pusat sebagai kesimpulan nantinya”.

“Kita harus membuat terobosan bersama, kita sudah sampai disini. Urgent saat ini apa yang perlu kita selesaikan serta bagaimana merestorasi untuk mengembalikan keseimbangan” tegasnya.

Kita perlu membenahi hutan di Sulsel, membuat sistem keseimbangan atau sistem bagaimana hutan kita perbaiki, bagaimana DAS kita perbaiki.

“Kita harus berfikir apa yang harus kita lakukan sekarang untuk jangka panjang,” sambungnya.

Jangan pernah bermain main dengan hutan, jika kita bermain main sama halnya kita bermain dengan nyawa manusia.

“Intevensi kebijakan dan sinergitas, diperlukan master plan untuk sistem kehutanan di Sulsel, dan bagaimana pemulihan yang sudah terjadi,” tambahnya.(rls/iys)

ADVERTISEMENT