LUWU TIMUR–Momentum Peringatan Hari Jadi Lutim XVIII, menjadi kebahagiaan bagi sebagian masyarakatnya, namun tidak bagi beberapa warga di kecamatan Burau dan Mangkutana.
Hal ini dikarenakan konflik agraria yang hari ini tak kunjung selesai dan menjadi ancaman bagi kehidupan mereka.
Maka dari itu, di momentum Hari Jadi Luwu Timur ke-18 ini, masyarakat Burau dan Mangkutana, menitipkan harapan serta kelangsungan hidupnya kepada Bupati Luwu Timur untuk mencari jalan keluar yang tengah dihadapi masyarakat.
Konflik agraria yang dialami oleh masyarakat di dua kawasan tersebut merupakan konsekuensi yang semestinya ditanggung Bupati Luwu Timur.
Pasalnya, hal ini menyangkut ruang hidup masyarakat yakni Petani Lutim.
Kepala Desa Lumbewe, Nahris mengatakan akan terus memperjuangkan tanah-tanah kelola masyarakat yang diklaim oleh PTPN XIV, karena itu menjadi sumber penghidupan bagi kami karenanya tanah itu merupakan tanah yang sudah turun-temurun sudah dikelola.
Momentum di hari jadi Luwu Timur yang ke 18 ini, harapan kami pak Bupati Budiman membantu masyarakat menyelesaikan konflik tanah yang meresahkan petani.
Hal senada dikatakan Aldiyat Syam Husain, yang turut mendampingi warga. Harapan masyarakat petani Lutim harus bisa didengarkan bupati Lutim. Kalau bupati mau serius segera buat tim verifikasi penyelesaian konflik sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik agraria antara masyarakat dengan PTPN XIV yang dialami petani di kecamatan Burau dan Mangkutana.
“Kami juga berharap kepada Bupati Lutim untuk mau menemui langsung dan berdialog bersama warga,” pungkasnya.
(*)