PALOPO — Tagar alias tanda pagar #PalopoBahaya mulai digaungkan netizen di kota berjuluk kota idaman ini.
Betapa tidak, hanya dalam waktu sekejap, angka-angka Covid-19 di kota Palopo mengalami perubahan, mirip harga-harga saham di Bursa Efek Jakarta, naik dan turun bikin cemas publik.
Koran Seruya mencatat, ada 162 kasus positif baru dalam sepekan terakhir periode 21 hingga 28 Juli 2021.
Sementara yang menjemput ajal akibat bagian sel tubuhnya dipapari virus corona jumlahnya ada 7 kasus meninggal dunia.
Dalam satu hari ada 3 kasus Meninggal Dunia (MD), di kota Palopo, sesuai data terbaru Dinas Kesehatan/Satgas, edisi Rabu 28 Juli kemarin.
Ketiga warga Palopo yang dinyatakan MD akibat Covid-19 itu adalah warga kecamatan Wara 1 orang, warga Wara Selatan 1 orang dan dari kecamatan Bara 1 orang.
Dari update data Dinas Kesehatan juga jelas terlihat, jika Kecamatan Wara menjadi kecamatan paling tinggi kasus penularannya.
Pekan ini, ada 51 kasus aktif di kecamatan itu. Menyusul Wara Timur 36 kasus.
Wajar saja, dua kecamatan ini adalah kecamatan paling padat penduduk di kota Palopo, dimana sebagian besar warganya ditengarai masih “ogah-ogahan” menaati aturan protokol kesehatan.
Banyak warganya yang terpantau suka keluyuran tanpa pake masker, jarang mencuci tangan dan doyan ngumpul-ngumpul tanpa mau menjaga jarak. Aduh-aduh.
Di wilayah ini juga (Wara dan Wara Timur), pengusaha kuliner, cafe, warkop dan resto, baik yang elit maupun yang sulit (kaki lima), juga berkelakuan sama.
Masih banyak juga yang kurang mengindahkan aturan dalam Edaran Bersama Forkopimda Palopo soal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai level 3 hingga 4, utamanya soal jam buka usaha, dan disiplin menjalankan Prokes di tempat usahanya masing-masing.
Dalam kajian dan telaah yang dilakukan Koran Seruya, Satuan Tugas atau Satgas Covid-19, oleh Pemkot Palopo telah dialokasikan dana darurat atau dikenal dengan refocusing, sebesar 39 miliar.
Dari anggaran tersebut, 20 hingga 21 miliar diantaranya dialokasikan khusus untuk insentif Tenaga Kesehatan (Nakes) guna memberantas virus corona, sementara sisanya untuk operasional kegiatan, belanja bahan dan sebagainya (lihat tabel).
Namun sayangnya, menurut penilaian sebagian masyarakat, Tim Satgas dianggap masih kurang cekatan alias “gercep” dalam menangani kasus insidentil di lapangan. Tingkat kepuasan publik atas upaya ini masih sementara dalam kajian, meski cukup banyak juga yang sudah merasa terbantu oleh gerak langkah Tim Satgas dalam berbagai kasus.
Juru Bicara Satgas Covid-19, DR dr Ishaq Iskandar M.Kes, saat dikonfirmasi secara khusus via WhatsApp menyebut, masalah koordinasi dan komunikasi memang perlu lebih diintensifkan lagi.
“Kalau ada masyarakat yang ditengarai terpapar atau punya gejala mirip Covid, kami sarankan jangan cuma melakukan Isolasi Mandiri di rumah tanpa memeriksakan diri terlebih dulu ke Puskesmas. Sebab Satgas tentu tidak tahu atau tidak bisa mendata ada pasien yang Isoman yang perlu dikontrol atau di-tracing dan dilakukan treatment lainnya,” ucap Jubir, Kamis 29 Juli 2021.
Salah satu contoh kekecewaan masyarakat atas kinerja Satgas Covid-19, disampaikan juga oleh anggota DPRD Palopo, yang kebetulan mengalami langsung masalah ini. Baharman Supri, anggota DPRD asal Dapil III itu mengeluhkan kinerja Satgas yang menurutnya agak lamban.
“Adik saya terpapar (Covid), tetapi melakukan Isoman di rumah. Kami sudah telepon Satgas, tetapi karena lama datang, saya langsung telepon relawan independen. Hanya hitungan berapa menit saja, dia langsung tiba naik motor dengan peralatan medis lengkap. Sementara Satgas yang terlambat tiba, cuma datang bawa ambulans kosong tanpa peralatan medis dan obat-obatan. Ini kan bikin kami kecewa, bagaimana dengan masyarakat kecil lainnya yang butuh penanganan cepat?,” kritik legislator Golkar di ruang kerjanya di Komisi 1 DPRD Palopo saat dihubungi awak media.
Namun ketika mengecek salah satu perusahaan tempat sang adik bekerja di kota Palopo, tim Satgas sudah bergerak, melakukan penyemprotan dan mendata serta melakukan test swab antigen kepada 60 karyawannya.
Walikota HM Judas Amir sendiri dalam berbagai kesempatan, selalu menegaskan komitmennya atas pemberantasan virus corona setuntas-tuntasnya di kota Palopo.
Ia seakan tak pernah bosan untuk mengingatkan masyarakat agar selalu mematuhi aturan khusus soal protokol kesehatan dan mengikuti imbauan Pemerintah Pusat hingga daerah.
“Kalau ada yang tidak percaya virus corona, silakan saja, itu urusannya, tetapi jangan membuat gerakan-gerakan yang menghalangi upaya pemerintah menanggulangi penyebaran virus corona. Misalnya membuat cerita hoaks, mempengaruhi orang yang bertentangan dengan protokol kesehatan, itu berbahaya,” harap Walikota.
Judas Amir juga meminta agar masyarakat kota Palopo banyak melakukan zikir, doa dan mengaji di rumah masing-masing, khususnya bagi umat Muslim, agar upaya Pemkot bersama rakyatnya diridhoi Tuhan yang Maha Kuasa.
“Banyak-banyak ki semua mengaji, berzikir dan berdoa di rumah ta masing-masing. Siapa tahu, dari seribu orang yang berdoa, ada satu yang doanya makbul dan diijabah Allah SWT,” orang nomor satu di kota Palopo itu memungkas.
(*)