Luwu Utara —- Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara melalui Perangkat Daerah teknis bekerja sama dengan ICRAF Indonesia yang berkolaborasi dengan MARS, Incorporated dan Rainforest Alliance-UTZ sebagai mitra kunci, saat ini tengah menyusun sebuah langkah besar dalam rangka mengembalikan kejayaan kakao di Kabupaten Luwu Utara.
Sinergi dan kolaborasi tersebut menghasilan beberapa kesepakatan di antaranya bagaimana mendukung proses penyusunan Roadmap atau Peta Jalan Kakao Lestari dan Skenario Komoditas Kakao Berkelanjutan berbasis aspirasi multipihak di Kabupaten Luwu Utara. Langkah ini diyakini mampu mengembalikan kejayaan komoditas kakao di Luwu Utara.
Kegiatan ini adalah bagian dari program riset-aksi Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia atau Sustainable Farming System in Asian Tropical Landscapes (SFITAL). Dalam konteks pembangunan berbasis komoditas, Luwu Utara bersama SFITAL memfasilitasi daerah dalam mengintegrasikan berbagai strategi dan program pembangunan kakao.
Strategi dan program ini disusun di Perangkat Daerah teknis ke dalam suatu rumusan peta jalan (roadmap) pengembangan kakao berkelanjutan berdasarkan aspirasi para pihak di Luwu Utara. Dukungan, Inisiatif, dan komitmen yang kuat sangat penting dalam program ini, dan tentunya berdasarkan posisi dan peran masing-masing dari para pihak yang terlibat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Luwu Utara, Ir. H. Armiadi, M.Si., mengapresiasi kerjasama yang telah dibangun antara Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara dan ICRAF Indonesia yang berkolaborasi dengan MARS, Incorporated dan Rainforest Alliance-UTZ sebagai mitra kunci pada kegiatan SFITAL.
“Apresiasi kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan menyampaikan komitmennya untuk terus terlibat dalam pengembangan penyusunan peta jalan dan skenario kakao lestari,” kata Armiadi saat membuka Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) Peta Jalan dan Skenario Komoditas Kakao Berkelanjutan, Senin (30/5/2022), di Ruang Command Center Kantor Bupati.
Armiadi yang hadir mewakili Bupati berharap, pembelajaran, monitoring dan evaluasi harus terus dilakukan untuk meningkatkan, melancarkan dan mempercepat proses kesepakatan intervensi dan penyusunan aktivitas peta jalan kakao lestari di Kabupaten Luwu Utara.
“Perlu bekerjasama dalam pengembangan Penyusunan Peta Jalan dan Skenario Komoditas Kakao Berkelanjutan melalui Diskusi Kelompok Terpumpun dan mengundang berbagai pihak yang terlibat. Hal ini kita lakukan agar seluruh pihak berkesempatan untuk urun pemikiran dan pendapat secara aktif dan terbuka,” jelasnya.
Ia juga berharap, FGD ini sedapat mungkin dimanfaatkan untuk membangun kesepakatan dan pemahaman bersama demi kelanjutan pembangunan strategi, kerangka kerja, monitoring dan evaluasi peta jalan untuk mendukung kembalinya kejayaan kakao di Luwu Utara.
Hal ini juga selaras dengan program unggulan Bupati Luwu Utara dan potensi daerah, di mana perkebunan memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan daerah. “Guna mengembalikan kejayaan kakao Luwu Utara melalui Peta Jalan Kakao Lestari dan berkelanjutan, maka perlu ada strategi koordinasi, sinergi, pendampingan serta intervensi yang tepat,” terang Armiadi.
Sementara Peneliti Green Growth Planning and Policy Specialist di ICRAF Indonesia, Feri Johana, menyebutkan, ada beberapa hal yang dapat diupayakan dalam rangka meningkatkan beberapa aspek, seperti aspek produksi, penguatan kelembagaan, dan daya saing.
“Seperti harapan dan aspirasi para pihak di Luwu Utara, peta jalan ini akan memandu dan membantu kita untuk memahami potensi-potensi dan skenario menuju kakao berkelanjutan,” Kata Feri sembari berharap sinergi para pihak terkait dan komitmen bersama dapat dirumuskan dalam dua hari ke depan dari kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun ini.
Untuk diketahui, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu 30 – 31 Mei 2022, bertempat di Ruang Command Centre Kantor Bupati Luwu Utara, dan dihadiri lebih dari 30 peserta, yang terdiri dari para Kepala PD terkait, Kepala Bidang, Industri, NGO, Akademisi, serta Media.
Kegiatan ini (FGD) juga sebagai langkah lanjutan yang bertujuan membangun kesepakatan intervensi dan aktivitas, membangun rancangan skenario, kerangka kerja monitor dan evaluasi, serta memperkenalkan rancangan awal alat bantu monitoring dan evaluasi peta jalan kakao lestari.
Saat ini roadmap kakao lestari masih dalam tahapan diskusi dengan para pemangku kepentingan. Bersama dengan Kelompok Kerja Kakao Lestari juga telah dilakukan serangkaian diskusi yang menghasilkan beberapa kesepatan.
Kesepakatan itu antara lain adalah: (1) Prinsip, kriteria, dan indicator kakao lestari; (2) Visi bersama yang disepakati pemangku kepentingan; dan (3) Strategi dan intervensi menuju pengembangan kakao lestari. Kegiatan ini masih akan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan diskusi dan konsultasi publik lanjutan yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2022 untuk memfinalisasi dokumen roadmap kakao lestari.
Kegiatan yang berjalan intensif ini juga menghadirkan dua peneliti ICRAF Indonesia, yaitu Tania Benita dan Arga Pandiwijaya yang memaparkan mengenai progress penyusunan peta jalan kakao Lestari serta strategi dan intervensi, serta pendekatan bentang lahan dalam.
Sekadar diketahui, Program Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia atau Sustainable Farming System in Asian Tropical Landscapes (SFITAL) adalah penelitian lima tahunan yang didanai oleh International Fund for Agriculture and Development (IFAD), dan bertujuan menghubungkan produsen skala kecil dengan rantai suplai global dengan prinsip keberlanjutan lingkungan, kelayakan ekonomi, dan bertanggung jawab secara sosial.
Program SFITAL ini mulai beroperasi Juli 2020 – September 2025, dengan tujuan utama untuk mentransformasi produsen skala kecil menjadi wirausahawan pertanian sekaligus sebagai agen lingkungan yang menguntungkan melalui pengelolaan rantai pasok berkelanjutan di Asia.
Sasaran SFITAL adalah mengolaborasikan usaha pemerintah, industri, NGO, dan pihak lain yang dibutuhkan untuk merancang dan mengimplementasikan bersama dengan produsen skala kecil. SFITAL menjalankan kegiatan di dua negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Filipina. Lokasi fokus di Indonesia dijalankan di Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan untuk komoditas kakao, serta di Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara untuk komoditas kelapa sawit. (rilis/LH)