Bupati Lutim Kutip Falsafah Bugis di Puncak HPRL ke-74, Ini Maknanya

847
ADVERTISEMENT

MALILI–Bupati Lutim, Sulawesi Selatan, HM Thorig Husler mengatakan, sebagai bagian dari perjalanan panjang sejarah Kedatuan Luwu dan penghormatan atas jasa patriotisme para pejuang Tana Luwu, dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan momentum Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) menjadi inspirasi dan pembangkit motivasi dalam membangun Tana Luwu menuju masyarakat yang sejahtera dan bermartabat, serta berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Wija to Luwu.

“Rebba sipatokkong, mali siparappe, sirui menre’ tessirui nok, malilu sipakainge, maingeppi mupaja,” kata Husler dalam sambutannya, yang berarti rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, saling menarik ke atas dan tidak saling menekan kebawah, terlupa saling mengingatkan, dan jangan berhenti untuk saling mengingatkan.

ADVERTISEMENT

Pepatah bugis ini disampaikan Husler dalam sambutannya di puncak peringatan Hari Jadi Luwu ke-752 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-74, Kamis (23/1/2020), dipusatkan di Lapangan Merdeka Soekarno Hatta, Malili.

Pepatah Bugis yang disampaikan, kata Husler juga bermakna kita harus bersinergi, saling membantu menghadapi berbagai hambatan dan rintangan, serta saling mengingatkan untuk kebaikan. Jika semua itu kita jalankan, maka akan terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.

ADVERTISEMENT

Husler mengatakan, Tana Luwu dengan segala potensi, baik itu sumber daya alam seperti pertambangan, jasa, pariwisata hingga sektor pertanian. Semua ini menjadi penyangga utama perekonomian di Sulawesi Selatan.

“Kita semua harus bangkit, bekerjasama, dan berkarya untuk kemajuan Tana Luwu. Sektor perekonomian harus tumbuh secara berkualitas dimana pertumbuhan itu bisa berkontribusi pada pengurangan tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan,” katanya.

Peringatan HJL dan HPRL tahun 2020 di Lutim ditandai dengan penyerahan Kendaraan dinas  Operasional Desa, Mobil Jenazah, Bus Sekolah dan kendaraan operasional Roda Dua buat Polres Luwu Timur. Acara ini juga disemarakkan dengan suguhan tarian kolosal Opu Daeng Risaju yang melibatkan seratusan penari yang terdiri dari para pelajar Luwu Timur. (*/iys/cbd

ADVERTISEMENT