Kasus Penganiayaan dan Penyekapan di SMAN 3 Palopo, Ketua Dewan Pendidikan : Seluruh Aktivitas Siswa Tanggung Jawab Sekolah

657
Ketua Dewan Pendidikan Kota Palopo, Dr Suaedi saat bertandang di redaksi Koran Seruya. (Foto : Andri Seruya)
ADVERTISEMENT

PALOPO — Ketua Dewan Pendidikan Kota Palopo, Dr Suaedi angkat bicara dalam kasus penyekapan dan penganiayaan yang terjadi di SMAN 3 Palopo. Mantan rektor UNCP Palopo itu mengatakan, pihak sekolah yang paling bertanggung jawab dalam kasus tersebut.

Hal itu diungkapkan Direktur ATI Dewantara Palopo itu saat menjadi narasumber di program Koran Seruya Hari ini, Jumat (11/2/2022). “Selama persitiwa itu di sekolah, dalam maupun di luar jam pelajaran itu tanggung jawab sekolah,” katanya.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, orang tua siswa mengamanahkan anak mereka ke sekolah dengan harapan, buah hatinya dapat menuntut ilmu dengan baik. “Itulah gunanya di sekolah ada pagar, security dan buku tamu. Seluruh aktivitas siswa di sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah,” tegasnya.

Suaedi juga menjelaskan, guru haruslah lebih mendekatkan diri lagi ke siswa mereka. Selain itu, lebih pekan dengan permasalahan yang timbul di siswa mereka.

ADVERTISEMENT

“Jika terjadi permasalahan di sekolah yang harus ditelusuri, seberapa dekat siswa ini ke gurunya. Mengapa ada masalah, siswa ini menyelesaikan sendiri, apalagi dengan cara kekerasan,” ungkapnya.

Harusnya, kata Suaedi, guru yang menjadi orang tua siswa di sekolah. Jadi, setiap permasalahan yang timbul, guru bisa menyelesaikan dengan bijakasana. Dan siswa mau menceritakan semua masalahnya ke guru.

“Bukan siswa sendiri yang menyelesaikan masalahanya. Apalagi dengan cara-cara yang tidak baik,” ujarnya.

Bahkan, para pelaku penyekapan tidak sepenuhnya disalahkan. Sebab, kata Suaedi jika permasalahan seperti ini timbul, berarti ada suatu sistem dalam sekolah yang keliru.

“Apabila pelaku diberikan sanksi dengan dikeluarkan, itu seolah-olah sekolah tidak bertanggung jawab terhadap anak didiknya. Perlu hati-hati untuk memberikan efek jera. Sistem sekolah tidak ada istilah efek jera, karena kita ini pendidik,” katanya.

“Yang perlu ditahu peran guru BK mencegah ini terjadi. Dan bagaimana Kepala Sekolah menciptakan sistem agar kejadian ini tidak terjadi. Jika peristiwa ini sudah seringb terjadi, berarti sistem sekolah yang bermasalah dan Kepala Sekolah yang harus bertanggung jawab,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Dunia pendidikan kembali tercoreng dengan aksi tidak terpuji dari peserta didik. Seorang siswa dikeroyok rekannya sendiri di lingkungan sekolah.

Kabar tidak mengenakkan itu datang dari SMAN 3 Palopo. Hal tersebut dibenarkan Kepala SMAN 3 Palopo, Haeruddin saat dihubungi Koran SeruYA, Rabu (9/2/2022).

Haeruddin sangat menyayangkan peristiwa yang terjadi di sekolah yang dia pimpin. “Kami turut prihatin atas kejadian yang menimpa anak didik kami. Dia dikeroyok rekannya yang juga siswa SMAN 3 Palopo,” jelas Haeruddin.

Hanya saja, Haeruddin menjelaskan siswanya yang terlibat pengeroyokan ada dua orang. “Selebihnya, bukan siswa SMAN 3 Palopo. Kami juga tidak mengetahui berapa jumlah pelaku,” jelasnya. (and/liq)

ADVERTISEMENT