Luwu Utara — Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, mengutarakan berbagai strategi smart branding dalam mewujudkan Luwu Utara sebagai kota cerdas atau smart city di Indonesia.
Menurut Indah, konsep smart city tak hanya bicara tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saja, tak hanya tentang infrastruktur jaringan internet saja, tetapi smart city terbangun melalui enam dimensi yang saling berkaitan erat, yaitu smart environment, smart economy, smart government, smart society, smart living, dan smart branding.
Dari enam dimensi tersebut, dimensi yang disebut terakhir, smart branding, menjadi dimensi yang mesti mendapat perhatian penuh, karena dimensi smart branding memiliki peran yang begitu besar dalam membangun dan menciptakan identitas dan citra dari sebuah daerah.
“Kami fokus di smart branding, karena Luwu Utara, pasca-banjir bandang lalu, penataan kota atau wajah kota yang baru, wajah sungai yang baru, termasuk wajah bandara yang baru, kita harap segera diwujudkan dalam satu tahun pertama,” kata Indah, saat berbincang-bicang dengan Tim Majalah Infokomputer Kompas Gramedia, Selasa (23/8/2022), di ruang kerjanya.
Paling tidak, kata dia, smart branding itu sudah bisa terlihat dalam satu tahun pertama dari implementasi smart city di Kabupaten Luwu Utara, sekaligus sebagai strategi jangka pendeknya. Ia menyebutkan, salah satu strategi jangka pendek satu tahun pertama adalah terbangunnya early warning system di sepanjang aliran sungai, khususnya sungai Masamba.
“Untuk smart branding, Luwu Utara ini memang perlu di-branding ulang, terutama pasca-banjir bandang, seperti infrastrukturnya serta fasilitas sarana umumnya, karena 33% wajah kota Masamba itu, terdampak banjir bandang,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Pemda Luwu Utara bersama Tim Pelaksana Kotas Cerdas, akan terus
mem-branding Luwu Utara melalui berbagai upaya dan pendekatan untuk mewujudkan Luwu Utara sebagai salah satu kota cerdas di Indonesia.
“Kami mencoba menggali sisi lain dengan berusaha melakukan pendekatan pariwisata, dengan menata ulang daerah aliran sungai, sehingga dengan begitu kita berharap bisa menjadi potensi pariwisata baru di Kabupaten Luwu Utara,” imbuhnya.
Bagaimana strategi jangka panjangnya? Indah kemudian mencoba mendorong pelibatan semua pemangku kepentingan dan seluruh elemen masyarakat agar lima dimensi smart city lainnya bisa menjadi penentu terciptanya smart city yang lebih paripurna.
“Untuk jangka panjangnya, tentu kita berharap kepada dimensi yang lain, seperti dimensi smart society, smart living, smart government, smart environment, dan smart economy, karena itu terkait dengan pelibatan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder terkait lainnya di dalam implementasi BISA Smart City ini,” jelas dia.
Hanya saja, kata dia, semua strategi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, tidak akan berjalan optimal jika semua pihak yang terlibat tidak saling bersinergi satu sama lain. Kata dia, perlu ada edukasi dan literasi kepada masyarakat agar mereka tahu bahwa suksesnya sebuah pemerintahan tidak terlepas dari peran serta dari masyarakat itu sendiri.
“Oleh karena itu, kami mendorong kolaborasi multipihak untuk membangun smart city di Luwu Utara, dengan harapan semua komponen tersebut bisa terlibat langsung dalam menyukseskan smart city,” tutur orang nomor satu di Luwu Utara ini.
Diketahui, konsep Smart environtment adalah bagaimana menyiapkan kawasan wisata prioritas menjadi kawasan yang bersih, dan bebas sampah, tanpa meninggalkan corak kearifan lokalnya.
Selanjutnya, konsep smart economy adalah bagaimana memastikan implementasi TIK dalam proses transaksi di kawasan wisata prioritas dan pemerintah daerah sekitarnya.
Kemudian konsep smart branding, adalah bagaimana membantu pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata.
Sementara konsep smart government, adalah bagaimana memastikan pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) secara berkualitas dalam upaya peningkatan pelayanan publik yang baik.
Bagaimana dengan konsep smart society? Konsep ini lebih kepada bagaimana memastikan masyarakat tujuan wisata prioritas dan kawasan sekitarnya itu memiliki kapasitas unggul dan mampu menjadi tuan rumah yang baik.
Terakhir, smart living, yaitu bagaimana mendorong situasi kawasan wisata prioritas yang kondusif dan nyaman bagi masyarakat dan wisatawan, melalui penyediaan transportasi, logistik yang tentram, aman, dan ramah. (LH)