Siapa (Mau) Obok-obok Demokrat? AHY Sinyalir Moeldoko Dalang Rencana Kudeta, Benarkah Demi 2024?

160
ADVERTISEMENT

JAKARTA–Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meradang.

Pasalnya, partainya mau diobok-obok oleh gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.

ADVERTISEMENT

AHY dalam konferensi pers yang digelar di Taman Politik, Wisma Proklamasi DPP Demokrat, Senin (1/2/2021) mengungkapkan hal tersebut.

Melansir Tribun, putra sulung Presiden ke 6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatakan, gerakan politik tersebut mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat.

ADVERTISEMENT

Secara terang-terangan, AHY menyebut, gerakan ini melibatkan lima orang, di mana empat orang ada atau pernah bergabung dengan Partai Demokrat.

Sementara satu orang lainnya adalah pejabat penting pemerintahan atau orang dalam lingkaran Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo,” kata AHY.

Inilah lima sosok serta latar belakang orang yang disebut AHY terlibat dalam gerakan kudeta Partai Demokrat:

– satu kader Demokrat aktif

– satu kader yang sudah enam tahun tidak aktif

– satu mantan kader yang sudah sembilan tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi

– satu mantan kader yang telah keluar dari partai tiga tahun lalu

– satu orang non kader partai atau seorang pejabat tinggi pemerintahan.

Terkait keterlibatan pejabat penting itu, AHY mengaku sudah berkirim surat kepada Jokowi untuk meminta konfirmasi dan klarifikasi.

Apalagi, gerakan ini dikatakan sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Jokowi.

“Saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini,” kata AHY.

Masih dalam konferensi pers itu, AHY juga mengungkapkan, informasi tersebut berdasarkan laporan dan aduan dari para pimpinan dan kader Partai Demokrat.

Mereka melapor karena merasa tidak nyaman bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat.

Ia menyebutkan, gerakan politik untuk merebut paksa kepemimpinan Partai Demokrat itu dilakukan secara sistematis.

AHY juga mengatakan, pengambilalihan posisi ketua umum Partai Demokrat akan dijadikan akan kendaraan dalam Pemilu 2024.

“Pengambilalihan posisi Ketua Umum Partai Demokrat, akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan, sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang,” kata AHY.

Masih dalam pidatonya, AHY mengungkapkan ‘modus’ yang rencananya dipakai untuk mengganti Ketua Umum Partai Demokrat secara paksa.

Yaitu dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa atau KLB.

Para pelaku gerakan, lanjut AHY, menargetkan 360 orang para pemegang suara agar memenuhi syarat dilaksanakannya KLB.

Mereka diajak dan dipengaruhi dengan imbalan uang dalam jumlah yang besar.

AHY menambahkan, para pelaku merasa yakin gerakan kudeta terhadap Partai Demokrat pasti sukses.

Alasannya, mereka telah mendapat dukugan dari sejumlah petinggi negara.

“Para pelaku merasa yakin gerakan ini pasti sukses, karena mereka mengklaim telah mendapatkan dukungan sejumlah petinggi negara lainnya,” ujar dia.

Lalu apa kata Moeldoko?

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengakui pernah bertemu dengan sejumlah kader Partai Demokrat beberapa kali di kediamannya.

Namun, Moeldoko tidak menjelaskan secara detail waktu pertemuan dirinya dengan kader Demokrat terjadi.

“Jadi ceritanya begini, beberapa kali memang banyak tamu yang berdatangan dan saya orang yang terbuka. Saya mantan Panglima TNI, tapi saya tak memberi batas dengan siapapun apalagi di rumah ini, mau datang terbuka 24 jam, siapapun,” kata Moeldoko dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Senin (1/2) malam, dilansir CNN Indonesia.

Ia melanjutkan, kader Demokrat tersebut datang ke kediamannya secara bergelombang dan berbondong-bondong.

Menurutnya, pertemuan itu pun diawali dengan membahas persoalan pertanian.

Setelah itu, kata Moeldoko, para kader Demokrat itu bercerita tentang situasi yang tengah dihadapi di partai berlambang mercy.

Mendengar cerita para kader Demokrat itu, Moeldoko pun mengaku prihatin.

“Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gue dengerin saja. Berikutnya, ya dengerin saja. Saya sih sebenarnya prihatin lihat situasi itu, karena saya bagian yang mencintai Demokrat,” ucap Moeldoko.

(*/iys)

ADVERTISEMENT