PALOPO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palopo intens melakukan upaya pencegahan penyakit tidak menular dan pencegahan Stunting melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Salah satu yang dilakukan itu adalah dengan bekerjasama dengan Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan Forum Komunikasi Gereja (FKG) se-Kota Palopo. Kerjasama itu diteken di teken di salah satu hotel yang ada di Palopo belum lama ini.
Lewat kegiatan yang dihadiri para pendeta se Kota Palopo itu, Dinkes memberikan pemahaman tentang pola hidup sehat, sekaligus mengajak mempraktekkan Germas. Kemudian dilanjutkan dengan Penandatangan Kesepakatan Bersama. Kegiatan itu dihadiri langsung Ketua FKG Kota Palopo, Pdt L Mandi Tandi Pare MSi, dan Wakil Bendahara PGI Arie S Moningka MM.
“Ini salah satu bentuk penerapan implementasi Germas di Kota Palopo. Kami menggandeng PGI dan FKG, yang dihadiri bapak/bu pendeta se Kota Palopo, dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular dan pencegahan Stanting melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), yang dilanjutkan dengan Penandatangan Kesepakatan Bersama,” beber Kasi Promkes dan UKBM Dinkes Palopo, Abdul Manaf SKM.
Manaf mengatakan, Dinas Kesehatan boleh saja menjadi penggeraknya, namun tanggung jawab dan keberlangsungan gerakan ini adalah milik semua masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Palopo.
“Untuk itu, besar harapan kami dari Dinas Kesehatan, agar kiranya GERMAS dapat berkembang pesat dalam penerapan hidup masyarakat di Kota Palopo,” harapnya.
Ia mengatakan, uang bukanlah segalanya, namun faktanya semua membutuhkan uang, agar bisa berjalan dengan lancar. Menurut Manaf, hal itu tidak berlaku pada sehat dan juga sakit. Terkadang kemampuan uang untuk menyembuhkan-pun tidak ada gunanya.
“Untuk itu, saya mengajak seluruh lapisan, mari menjaga Kesehatan Tubuh dengan menerapkan GERMAS melalui Perilaku CERDIK, di kehidupan kita. Karena Investasi terbesar masa tua hanyalah tubuh yang sehat,” ajaknya.
Manaf menjelaskan, CERDIK itu adalah C (Cek Kesehatan Secara Rutin), E (Enyahkan Asap Rokok), R (Rajin Berolahraga), D (Diet yang Seimbang), I (Istirahat yang cukup) dan K (Kelolah Stres).
Ia juga menjelaskan, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama, oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas Hidup.
Germas menjadi penting melihat banyaknya fakta dan data kesehatan yang makin memprihatinkan, semakin banyak data yang terkumpul dari masyarakat terkait penyakit.
Faktanya, semakin banyak usia muda yang menderita penyakit jantung, hipertensi, juga Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya, utamanya dipicu faktor pola hidup tidak sehat, seperti pola makan, pola aktifitas dan pengelolaan stres.
“Penyakit tidak menular ini terjadi karena beberapa faktor, Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2013 Kemkes RI mencatat data PTM terjadi karena perilaku tidak sehat seperti Kurang Aktifitas Fisik (26,1%), merokok > 15 tahun (36.3%), kurang mengkonsumsi sayur dan buah (93,5%) dan minum beralkohol untuk penduduk > 10 tahun (4,6%),” jelas Manaf.
Data dan Fakta ini bisa jadi terus bertambah atau bisa jadi berkurang jika sudah ada tindakan promotif dan preventif kesehatan. Pengobatan dengan JKN juga klaimnya tinggi, seiring dengan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dan mengobati dirinya ke fasilitas kesehatan, mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit.
Lantas, apakah pengaruhnya fakta dan data ini untuk kita sebagai warga negara? Angka penyakit, angka kematian ibu dan anak, bukan untuk menjadi momok yang di takutkan, namun untuk menjadi pengingat kita selagi sehat.
“Jangan khawatir, untuk mencegah dan menguranginya kami mengajak seluruh lapisan masyarakat kota palopo lakukan saja dengan CERDIK,” tandasnya.
Sebelumnya, gubernur Sulsel Nurdin Abdullah juga mendukung gerakan percepatan pencegahan anak kerdil (stunting).
“Persoalan stunting harus ditanggapi secara serius oleh semua daerah, saya minta kepala daerah untuk mengintervensi langsung dengan anggaran,” kata mantan bupati Bantaeng ini. “Kita harus intervensi agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang sehat,” tambahnya.
Diketahui, stunting merupakan kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir hingga berusia 2 tahun. (asm)