OPINI : Ibadah Sosial

241
Nurdin. (ist)
ADVERTISEMENT

Ibadah sosial
Oleh : Nurdin

Memasuki bulan suci Ramadan, umat Islam yang beriman di seluruh penjuru dunia tentu selain bersyukur juga sangat bergembira dan bahagia sebab pada bulan ini Allah Swt menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi mereka yang senantiasa berbuat kebaikan.

ADVERTISEMENT

Salat subuh pertama, di salah satu Masjid di Kota Palopo, saya mendengar ceramah dari seorang da’i yang menjelaskan tentang indikator orang yang bertakwa dengan mengutip surah dalam kitab suci Al-Qur’an, al-Imran ayat 133 s.d. 136.

“Poin pertama dari 5 indikator orang bertakwa adalah senang berinfak (bersedekah)”. Demikian kata da’i dalam ceramahnya. Jika memaknai secara sederhana, mengapa infak berada pada urutan pertama ? Itu karena infak adalah amalan yang membuat Allah Swt, senang.

ADVERTISEMENT

Demikian yang tergambar saat Nabi Musa as berdialog dengan Allah Swt, di mana Allah menyampaikan terkait amalan yang disenangi -Nya. Kata Allah Swt “Infak (sedekah) Itulah yang membuat aku senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, aku hadir disampingnya”.

Bahkan kata Husein Ja’far al-Hadar, bahwa ibadah termulia adalah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang lain. Artinya, kata dia, menjaga hubungan baik dengan orang lain justru lebih dari ibadah ibadah-ibadah ritualistik.

Rupanya, ibadah sosial seperti Infak, sedekah atau gemar memberi merupakan ibadah yang sangat diapresiasi secara universal oleh Allah Swt. Dan balasan dari ibadah sosial itu, dibayar kontan di dunia sehingga tidak perlu menunggu lama di akhirat.

Mengapa demikian ? Ya, karena orang yang gemar memberi adalah mereka yang sadar bahwa apa yang dimilikinya saat ini adalah juga merupakan pemberian. Pemberian dari Allah Swt. Semakin rajin Anda memberi, semakin mengalir pula rejeki Anda yang datangnya tidak disangka-sangka.

Coba lihat, belum ada orang yang jatuh miskin hanya karena senantiasa berinfak, bersedekah atau gemar memberi tapi banyak di antara mereka yang kaya, tiba-tiba bangkrut karena pelit atau kikir. Sedekah tidak hanya dibatasi pada wujud materi saja namun dapat berupa tenaga dan pikiran.

Jadi, Ibadah itu bukan hanya yang sifatnya ritualistik seperti berdiri di atas sajadah yang panjang nan harum, sebab itu hanyalah merupakan kesalahan individu yang amalannya hanya untuk dirinya tidak untuk orang lain.

Selain kesalehan individual, agama juga mengajarkan kita agar memperbanyak memberi bukan menerima apalagi meminta kemudian menjalin silaturahmi, berempati, memberikan rasa bahagia kepada sesama manusia, memudahkan urusan orang lain, serta tidak menyakiti orang lain sebagai implementasi dari kesalahan sosial.
(*)

ADVERTISEMENT