KORANSERUYA.COM–Dua tenaga kesehatan (nakes) asal Toraja, Sulsel, yang menjadi korban keganasan serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, masih dirawat di Rs Marthen Indey di Kota Jayapura.
Kedua nakes itu, yakni Kristina Sampe Tonapa dan Katrianti Tandila. Kondisi kesehatan mereka semakin membaik setelah dirawat beberapa hari di RS Marthen Indey. Mereka dirawat dalam satu kamar bangsal yang sama.
Kristina diketahui berasal dari Buntao, Kabupaten Toraja Utara. Sedangkan Katrianti berasal dari daerah Awa’ Tiromanda, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja.
Satu minggu sudah kejadian serangan KKB di Kiwirok terjadi, tepatnya 13 September 2021 lalu. Baik Kristina dan Katrianti sama-sama sangat trauma dengan kejadian tragis yang nyaris merenggut nyawa mereka.
Kepada media, baik Kristina dan Katrianti mengakui bahwa para penyerangan Puskesmas Kiwirok tempat mereka bertugas, sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan memperlakukan mereka.
“Mereka sangat kejam dan sadis. Dalam kondisi terluka dan dilecehkan sebagai wanita, kami ditendang masuk jurang,” kata Kristina kepada wartawan, Selasa (21/9/2021).
Kristina menyebut sebelum didorong masuk jurang, pahanya ditikam pakai senjata tajam. “Saya dan teman-teman sangat ketakutan. Saya terus memohon doa dalam hati agar diselamatkan,” kata Kristina.
Dengan terisak, Kristina mengisahkan, dirinya berempat berusaha menyelamatkan diri saat puskesmas sudah dirusak dan dibakar, dengan melompat ke jurang.
Empat nakes yang dimaksudkan Kristina, yakni dirinya, Katrianti Tandila, Marselinus Ola Atanila dan almarhum Gabriella Meilani.
“Mereka tetap mengejar dan menganiaya kami. Mereka membawa senjata tajam, panah dan tombak,” ujar Kristina.
Nakes berusia 37 tahun ini mengaku sangat trauma dengan peristiwa sadis yang dialaminya, dan mengaku tidak ingin kembali bertugas di daerah pedalaman.
“Kejadian ini tidak akan bisa saya lupakan seumur hidup,” kata Kristina yang sudah lima tahun bertugas sebagai tenaga honorer kesehatan Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang, Papua.
Selama tiga hari dalam jurang, Kristina mengaku bertahan hidup dengan meminum air hujan.
“Saya hampir putus asa, mungkin ini sudah akhir jalan hidup saya akan meninggal dalam jurang. Saya hanya memasrahkan hidup kepada Tuhan Yesus, dan berusaha bertahan hidup minum air hujan,” ujar Kristina.
Senada Kristina, Katrianti Tandila juga sangat trauma. Dia juga tidak ingin kembali bertugas ke pedalaman karena alasan keamanan di daerah itu tidak menjamin keselamatan para nakes dan pekerja lainnya.
Saat kejadian itu, Anti, begitu Katrianti Tandila akrab disapa, terjatuh paling dalam di jurang, sekitar 500 meter.
Selama tiga hari didalam jurang sebelum diselamatkan TNI dan Polri, Anti bertahan hidup dengan minum air hujan.
“Tak henti-hentinya saya berdoa dalam keadaan tubuh terluka, lapar, saya bertahan hidup dengan minum air hujan dalam jurang sedalam 500 meter,” ujar Anti, terisak.
Baik Anti dan Kristina mengakui, keberadaan mereka di Kiwirok, salah satu distrik yang berada di daerah pedalaman di Pegunungan Bintang, hanya untuk menolong masyarakat mendapat pelayanan kesehatan.
“Maka tidak benar tuduhan KKB salah satu dari nakes, dokter Restu Pamanggi memiliki senjata api dan menembaki KKB sehingga mereka di puskessmas diserang dan puskesmas dibakar,” kata Anti, diiyakan Kristina.
Insiden penyerangan nakes oleh KKB di Distrik Kiriwok terjadj pada Senin lalu, 13 September 2021. Salah satu nakes bernama Gabriella Meilani, 22 tahun, meninggal dunia dalam penyerangan itu. (Junias Rombe)