PENAT dan lelah. Seharian bekerja, Selasa (23/6/2020). Duduk didepan komputer. Seharian menyajikan berita-berita update bagi pembaca setia media yang saya awaki. Informasi penting wajib diketahui publik.
Seharian berkutat didepan komputer, saat lelah masih mendera tubuh, saya balik ke rumah. Maunya nyantai istirahat, tetapi tiba-tiba WA saya menerima pesan dari tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Palopo. Wa-nya merilis adanya kasus baru positif covid-19 di Kota Palopo. Rilis lengkap foto copy KTP si pasien.
Rilisnya cukup mengagetkan juga karena yang positif ini penjual gorengan di wilayah Rampoang, tepatnya biasa berjualan di depan salah satu SD di daerah Rampoang.
Sebenarnya, beberapa pekan terakhir, saya telah membuat kebijakan di redaksi KORAN SERUYA agar tidak memberitakan lagi seputar positif-positif corona. Kalau bisa, berita-berita corona yang memberi support kepada masyarakat.
Namun, naluri jurnalistik saya memberontak, bahwa info adanya penjual gorengan positif covid-19 patut diketahui publik. Hak publik untuk tahu wajib dipenuhi agar bisa lebih mawas diri, waspada, dan tentunya tidak menyepelekan protokol kesehatan.
Setelah melalui perenungan panjang, akhirnya saya ‘mencabut’ kebijakan tidak lagi memberitakan kasus positif corona di wilayah Luwu Raya, termasuk di Kota Palopo. Berita penjual gorengan positif corona akhirnya saya publikasikan melalui website KORAN SERUYA.
Sebelum memberitakan kasus ini, saya sudah menduga bahwa sebagian publik (tidak semua) akan mencaci maki, menghujat dan mengatakan media saya menyebar hoax. Yang paling menyedihkan, ada yang menuding wartawan yang membuat berita corona tidak ada lagi cara lain mencari sesuap nasi untuk menghidupi anak istrinya.
Well, berbagai tudingan itu, saya urut dada saja. Biarlah. Toh, tidak semua beranggapan begitu. Masih ada yang menilai positif. Sisi positifnya, virus corona menjadi musuh bersama untuk diperangi. Musuh bersama untuk dicegah, diantisipasi dan tentu saja media punya peran penting didalamnya.
Bagaimana jadinya, andaikata media tidak memberitakan, masyarakat tidak tahu bahwa di sekitar tempat tinggalnya ada warga positif terpapar virus yang sampai saat ini belum ada obatnya. Bagaimana paniknya masyarakat, andai mereka baru tahu jika ada tetangganya positif setelah sudah banyak yang terpapar.
Jadi, ambil sisi positifnya. Biarkan netizen yang maha tahu mencaci maki, toh mereka begitu karena ketidaktahuan mereka akan virus corona ini. Mereka menilai virus corona ini hanya ‘rekayasa’, mainan elit, bahkan menganggap virus corona ini hanya gambo-gambo. Biarkan saja, entah suatu saat ini mereka baru akan menyadari bahwa virus corona ini memang ada dan harus bersatu melawannya dengan cara menerapkan protokol kesehatan.
Saat ini, terkhusus di Kota Palopo, ancaman penyebaran virus corona ini sangat patut diwaspadai. Berbagai usaha sudah buka– meski belum diberlakukan tatanan NEW NORMAL– mulai warkop, cafe, dan usaha-usaha lainnya yang berpotensi ramai dikunjungi warga. Yang membuat kita patut waspada, sebagian usaha-usaha ini buka bebas. Tak ada penerapan protokol kesehatan. Tidak ada tempat cuci tangan, tidak disiapkan hand sanitizer, bahkan pengunjung bebas duduk tanpa ada jarak.
Yang terpenting, saya, Anda, kita semua, mari jaga orang-orang terdekat kita dari virus corona ini. Bayangkan, tanpa kita memintanya, tiba-tiba kita dinyatakan terpapar, kemudian kita diisolasi saat dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Makassar, betapa menyedihkannya kita tidak bisa dijenguk keluarga. Atau ada diantara anggota keluarga kita terpapar, apakah istri atau anak, maukah kita membiarkan dia sendiri melewati masa-masa isolasi? Tentu tidak.
Belum lagi, jika kita terpapar virus corona kemudian meninggal dunia, harus dikuburkan dengan protap pemakaman kasus corona. Sangat menyedihkan. Sungguh memilukan. Pasien corona dimakamkan tanpa dihadiri keluarga terdekat dan sanak keluarga.
Semoga kita semua dihindarkan dan dijauhkan dari bala corona ini. Mari jaga diri, jaga keluarga, dan tetap meyakini bahwa virus corona ini ada dan memang nyata mengancam di sekitar kita, sehingga kita senantiasa mawas diri dalam balutan protokol kesehatan. Pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, dan tidak keluar rumah saat tidak ada hal-hal yang penting.
Wassalam
Chaerul Baderu
– Chairman KORAN SERUA